Jakarta, Aktual.com – Kementerian BUMN abaikan sikap publik yang menyayangkan kebijakan privatisasi sejumlah perusahaan pelat merah. Kementerian yang dinakhodai Rini Soemarno itu terus gencar jual saham perusahaan-perusahaan yang bernaung di bawahnya ke pasar modal.
PT Bursa efek Indonesia (BEI) menyebutkan, di Semester II-2016 ini, akan ada lagi perusahaan BUMN yang melepas saham ke publik melalui mekanisme ‘Initial Public Offering’ (IPO).
“Di semester-I 2016 perusahaan BUMN belum ada yang berminat IPO. Mungkin mereka akan merealisasikan IPO di semester-II nanti kali ya,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, di Gedung BEI, Jakarta, Senin (23/5).
BEI sendiri sangat mendukung IPO BUMN. Sebab selain diburu para pelaku pasar, juga bisa membantu target BEI untuk merealisasikan perusahaan IPO di 2016 mencapai 35 emiten baru.
Meski begitu, BEI sendiri belum mau menyebutkan nama BUMN sektor apa yang bakal dijual sahamnya.
Sejauh ini, tercatat ada sekitar tujuh perusahaan yang sudah mengajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk bersiap IPO. Untuk merealisasikan IPO, mereka akan menggunakan buku laporan keuangan Desember, Januari, Februari, dan Maret. Mayoritas dari sektor finansial.
“Rencana (IPO) yang masuk OJK masih banyak. Untuk pipe line ada sekitar tujuh perusahaan, kalau tidak salah. Dan empat yang sudah jadi. Tapi kebanyakan dari sektor finansial,” kata dia.
Perusahaan yang sudah ‘sounding’ mau IPO punya nilai emisi lumayan besar. Tapi, kata dia, pada akhirnya tergantung valuasi dari si perusahaan bersangkutan. “Cuma kalau proses (IPO) itu tergantung jumlah saham yang dijual dan harganya berapa. Nanti kalau sudah book building akan ketahuan dapat uang berapa,” ucap dia.
Kata dia, proses realisasi IPO tidak sederhana. Perusahaan bersangkutan butuh waktu sangat panjang. Kondisi itu yang menyebabkan perusahaan akan bersikap lama untuk merealisasikan IPO di pasar modal Indonesia.
Selain itu, perusahaan yang menginginkan IPO harus mempunyai alasan khusus, seperti membutuhkan dana untuk permodalan bisnis maupun lainnya.
“Jadi bagi perusahan-perusahaan yang mau IPO itu baik. Karena dengan IPO nilai perusahaan mereka jadi ketahuan. Tapi kami tidak bisa memaksakan mereka. Apalagi mereka itu selama ini sudah membangun perusahaannya bertahun-tahun, tahu-tahu mau dijual, kan belum tentu juga,” papar dia.
Sejauh ini, BEI masih tetap menargetkan ada 35 emiten baru. Jika sesuai rencana, maka ada 11 perusahaan yang IPO di semester pertama. Tinggal tunggu di semester keduanya. Hingga saat ini, baru empat emiten baru untuk menggenapi total emiten sebanyak 525. Yang terbaru adalah, PT Bank Ganesha Tbk (BGTG).
Artikel ini ditulis oleh: