Yogyakarta, Aktual.com — Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mendongkrak transaksi pembelian saham oleh investor lokal daerah itu.
“Pelemahan rupiah yang sebelumnya sempat menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru berdampak positif terhadap pertumbuhan investor lokal,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) DIY Irfan Noor Riza di Yogyakarta, Selasa (1/9).
Ia mengatakan penurunan nilai tukar rupiah itu memberikan sentimen positif terhadap pasar modal domestik, karena banyak sahaM berfundamental bagus yang harganya turun dan layak untuk dibeli.
Menurut dia, nilai penurunan harga saham terjadi pada hampir semua sektor dengan nilai rata-rata turun mencapai 5-10 persen.
Hal itu, menurut dia, disebabkan banyaknya aksi jual atau “profit taking” (ambil untung) oleh investor asing.
“Ada beberapa sektor yang masih bagus seperti sektor ‘consumer’ dan ada beberapa sektor lain juga masih berfundamental baik,” kata dia.
Ia mengatakan dengan penurunan rata-rata harga saham tersebut, jumlah investor juga dinilai mengalami peningkatan meskipun rata-rata masih berinvestasi di pasar ritel.
“Dengan sentimen positif tersebut, kami optimistis jumlah investor lokal di DIY naik lima persen,” kata dia.
Dia berharap, seiring dengan peningkatan pembelian saham oleh investor domestik, IHSG akan terus kembali mengalami kenaikan. Penutupan sesi perdagangan 31 Agustus IHSG cenderung naik 28 poin atau 0,64 persen ke level 4.474.
Selain itu, Irfan juga berharap dengan kondisi itu kepemilikan saham domestik akan lebih besar dibandingkan dengan kepemilikan asing.
“Kondisi saat ini jika diperbandingan investor asing dibanding investor lokal masih berkisar 60:40 atau masih dikuasai oleh asing,” kata dia.
Data BEI DIY mencatat pertumbuhan pasar modal cukup signifikan di DIY.
Hal itu terlihat dari jumlah investor yang terus meningkat yakni dari 10.369 orang pada Januari 2015 menjadi 11.211 orang pada Juni 2015 dengan transaksi saham mencapai Rp100 milir-Rp200 miliar per bulan.
Artikel ini ditulis oleh: