Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (1/7). Pada perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran IHSG ditutup melemah 0,90 persen atau 45,07 poin ke level 4.971,58, meski demikian IHSG sempat menguat ke level 5.039,69 sebagai imbas dari pemberlakuan kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menggandeng Bursa Efek Malaysia (Kuala Lumpur Stock Exchange) untuk membangun riset dalam rangka mengembangkan produk efek berbasis syariah.

“BEI dan Bursa Malaysia akan menandatangani perjanjian membuat suatu pengembangan yang dapat menjadi pusat untuk produk syariah di dunia, kita akan coba dengan membangun risetnya. Jadi kalau tanya ‘equity syariah product’ bisa tanya ke Indonesia dan Malaysia,” ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Selasa (26/7).

Menurut dia, pengembangan efek syariah di industri pasar modal membutuhkan proses riset terhadap berbagai aspek salah satunya memiliki sinergi strategis, sumber daya manusia, hingga pengembangan serta rekomendasi produk berbasis syariah.

“Diharapkan Indonesia dan Malaysia menjadi pusat ‘equity syariah’,” ucapnya.

Ia mengatakan bahwa produk investasi syariah memiliki prinsip dasar bagi hasil yang saling menguntungkan, serta menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.

“Instrumen investasi syariah itu jangka panjang karena kalau bicara bagi hasil tidak bisa ‘short term’. Walaupun ada beberapa ‘handycap’ dalam bagi hasil, karena bagi hasil itu asetnya dipindahin, kalau aset dipindahin maka ada pajak. Itulah gunanya BEI dan Malaysia membangun survey riset supaya kita bisa jalankan itu secara murni,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka