Jakarta, Aktual.com — RUU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) yang akan diundangkan di tahun ini, dirasa akan berdampak langsung terhadap pasar saham. Untuk itu, pihak otoritas Bursa berharap sebagian dana yang akan mengalir untuk ikut program pengampunan pajak itu dapat mengalir ke pasar saham.
Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, adanya dana itu berdampak langsung ke bursa dengan berinvestasi produk pasar modal.
“Dampak langsung tax amnesty ke bursa pasti ada. Saya percaya tidak semua (dana masuk) ditaruh di bank duitnya,” ujar Tito di Jakarta, Rabu (10/2).
Menurutnya, sistem perbankan tidak akan kuat menampung uang dari luar negeri dalam jumlah besar. Diperkiraan akan ada dana sekitar Rp2.000-3.000 triliun yang akan masuk.
Jika RUU Tax Amnesty diundangkan pada tahun ini, maka dan penerimaan pajak menjadi lebih besar akibat adanya pengampunan pajak.
“Sehingga uang yang masuk ditaruhnya pasti tidak hanya di bank, tetapi juga di reksadana dan juga untuk beli saham serta obligasi,” tegas dia.
Lebih lanjut Tito mengungkapkan, proyeksi peningkatan penerimaan pajak diperkirakan akan mendorong optimisme para pelaku pasar modal terhadap perbaikan di sektor fiskal. Terlebih lagi, kata dia, sebesar 80 persen dari program pemerintah akan dibiayai dari penerimaan perpajakan.
“Begitu (kebijakan tax amnesty) itu keluar, maka spending pemerintah akan berjalan. Itu yang membuat saya yakin dan kuat bahwa ekonomi kita akan jalan. Apalagi harga minyak dunia turun, sehingga akan meningkatkan spending masyarakat,” papar Tito.
Sebelumnya,Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Yustinus Prastowo mengingatkan, jika benar dana nesar itu akan masuk melalui tax amnesty, maka Bank Indonesia perlu memikirkannya. Pasalnya, jika ada uang masuk sampai Rp3.000 triliun akan menghantam nilai ekspor nasional.
Menurut dia, BI harus punya hitung-hitungan terkait kondisi moneter itu. Sebab dengan dana sebesar itu tentu akan mendongkrak nilai rupiah yang pasti menguat.
“Kalau rupiah menguat, ekspor kita akan kalah. Tidak kompetitif lagi. Dan suku bunga juga akan turun tajam. BI harus segera menyiapkan infrastrukturnya,” kata dia.
Selama ini, lanjutnya, pasar Indonesia biasa menampung SUN yang mencapai Rp300 triliun. “Kalau ada uang segar dan diinvestasikan, misal di obligasi Indonesia, berapa rate-nya? Jangan sampai uang bayar pajak hanya untuk bayar bunganya,” ingat dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka