Bekasi, Aktual.com – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti, meminta masyarakat mewaspadai berkembangnya penyakit pernapasan, terutama infeksi saluran pernapasan akut (Ispa) selama musim kemarau tahun ini.

Sri Enny mengatakan, potensi ISPA disebabkan oleh debu yang bertebaran di semua wilayah Kabupaten Bekasi dan ditambah nihilnya hujan belakangan ini.

“Informasi dari Dinas Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa polusi debu sudah melebihi baku mutu. Harus segera diantisipasi dengan banyak minum air dan menjaga pola makan,” katanya di Cikarang, Senin (13/8).

Dia mengatakan kekeringan yang saat ini melanda beberapa wilayah di Kabupaten Bekasi tidak hanya berdampak pada minimnya stok air bersih namun juga berpotensi memunculkan berbagai penyakit.

Selain gangguan saluran pernafasan, ancaman lainnya yakni penyakit kulit. Meski tidak terdapat peningkatan pada jumlah kasus, segala kewaspadaan harus tetap dilakukan.

“Terlebih di wilayah kekeringan seperti di Cibarusah, Bojongmangu dan daerah utara, masyarakat harus juga menjaga kesehatan. Tidak hanya menjaga sawah tetap dialiri air, tapi juga kondisi tubuh tetap dijaga,” katanya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Irfan Maulana menyatakan jumlah penderita penyakit Ispa di wilayahnya cenderung berpotensi mengalami peningkatan.

Berdasarkan data pihaknya pada tahun 2017 kemarin jumlah penderitanya mencapai 29.758 untuk usia balita sementara di tahun ini sudah mencapai 32.911 pasien untuk usia yang sama.

“Usia balita ini yang paling rawan suspek bahkan baru setengah tahun ini sudah melebihi total suspect balita tahun lalu,” katanya.

Sedangkan untuk jenjang di atas lima tahun di tahun lalu mencapai 95.397 suspect dan hingga pertengahan tahun ini jumlahnya sebanyak 45.763 penderita.

Irfan menambahkan penderita ISPA berpotensi pula terjangkit penyakit radang paru-paru atau pneumonia di mana pada tahun ini jumlahnya sudah mencapai 1.466 balita dan 1.291 pasien di atas lima tahun.

“Kalau tahun lalu pasien pneumonia mencapai 2.615 balita dan 2.256 pasien di atas lima tahun,” katanya.

Sementara Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi mencatat polusi debu pada musim kemarau kali ini telah melebihi baku mutu. Tingginya polusi debu disebabkan oleh kondisi alam di wilayah Kabupaten Bekasi yang terbilang gersang serta ditambah faktor cuaca yang turut memengaruhi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, baku mutu partikular debu yakni 230 mikrogram per meter kubik yang dihitung dari hasil pengukuran selama 24 jam pada satu titik.

“Sementara dari hasil pengukuran Dinas Lingkungan Hidup, debu atau total suspended particulate (TSP) telah mencapai angka 455 mikrogram. Pengukuran dilakukan di dekat pintu tol Cikarang Barat, tepatnya di bawah jembatan layang di Desa Pasirkonci Kecamatan Cikarang Selatan,” kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pemulihan Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Rosid Hardiana.

Peningkatan polusi debu pun terjadi di sejumlah titik lainnya di antaranya di Pasar Serangbaru dengan angka 330,9 mikrogram serta di Pasar Cibarusah mencapai 259,9 mikrogram. Dari hasil pemetaan, terdapat 13 titik yang menjadi lokasi pencemaran udara, terutama debu.

“Total kami petakan ada 13 titik yang mengalami gangguan polusi udara. Selain tiga titik lain, ada terminal Cikarang, stasiun Lemahabang, pertigaan Jalan Nasional Pilar, kemudian terjadi juga di sekitar kawasan pemukiman di Tambun Selatan,” katanya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan