Jakarta, Aktual.com – Pemerintah menargetkan di tahun depan bakal menggenjot belanja sejak awal tahun. Kementerian Keuangan pun mengklaim bahwa pemerintah tetap memiliki dana untuk bisa melakukan belanja di awal tahun.

Ternyata langkah pemerintah itu dilakukan melalui utang dalam jumlah besar. Kementerian keuangan kembali menerbitkan surat utang global atau global bonds berdenominasi dollar AS senilai US$ 4 miliar atau setara Rp54 triliun lebih.

Kebijakan utang terbesar di era Jokowi itu bakal terus mengganggu perekonomian secara makro. Dan ini bukti bahwa pemerintah sendiri sudah terjerat utang.

“Di tahun 2017 saja anggaran untuk bayar bunga utang lebih dari Rp 220 triliun. Artinya, tahun depan akan lebih besar lagi dan itu makin mempersempit ruang fiscal,” cetus ekonom muda INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara di Jakarta, Rabu (6/12).

Pemerintah sendiri untuk utang US$ 4 miliar itu akan dilakukan secara pre-funding atau ditarik terlebih dahulu. Pemerintah menerbitkan utang ini di awal Desember ini dan diperkirakan sebelum suku bunga The Fed fund rate (FFR) dinaikkan bank sentral AS itu.

Selain itu, skema utang dengan pre-funding juga merugikan pemerintah dan tentu akan ciptakan crowding out effect atau perebutan likuiditas antara jasa keuangan dan pemerintah.

“Karena yang ada, likuiditas di pasar akan tersedot ke kantong pemerintah. Akibatnya pihak bank akan bersaing untuk mendapat DPK dengan memasang bunga tinggi. Ini yang membuat bunga perbankan masih mahal meskipun BI sudah beberapa kali menurunkan bunga acuannya,” jelas dia.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menyampaikan, pihaknya melakukan transaksi penjualan global bond sebesar US$1 miliar untuk tenor 5 tahun, US$1,25 miliar untuk tenor 10 tahun dan US$1,75 miliar untuk tenor 30 tahun.

Secara rinci dijelaskan, obligasi itu terdiri dari seri RI0123 yang memiliki tenor 5 tahun dengan nominal penerbitan US$1 miliar. Kupon yang ditawarkan pada kisaran 2,95 persen dan yield 3 persen.

Seri RI0128 ditawarkan senilai US$1,25 miliar dengan tenor 10 tahun. Tingkat kupon 3,5 persen dan yield 3,55 persen. Terakhir, seri RI0 148 senilai US$1,75 miliar dengan tenor 30 tahun, pada level kupon 4,35 persen dan yield 4,4 persen.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka