Jakarta, Aktual.com — Tiga puluh empat pengungsi, hampir separuh di antaranya adalah bayi dan anak-anak, dilaporkan tewas ketika kapal yang mereka tumpangi tenggelam di sebuah pulau Yunani, Minggu (13/9).
Insiden itu hampir pasti merupakan kecelakaan yang paling banyak menelan korban tewas di perairan tersebut sejak krisis migran muncul, kata badan penjagaan pantai.
Empat bayi, enam bocah perempuan dan tiga anak perempuan meninggal ketika kapal kayu yang membawa mereka terbalik pada Minggu pagi, lima kilometer di sebelah timur pulau kecil Farmakonisi, yang dekat dengan perairan Turki, kata badan tersebut.
Tahun ini, puluhan ribu orang, yang sebagian besar merupakan pengungsi Suriah, nekat mengarungi lautan dengan kondisi keras. Mereka menempuh perjalanan singkat, namun sangat berbahaya, dari Turki ke pulau-pulau di bagian timur Yunani. Mereka berlayar terutama dengan menaiki perahu-perahu kecil yang rapuh dan kelebihan penumpang.
Sudah ribuan orang, yang banyak di antaranya melakukan perjalanan lebih lama menyeberang dari Libya, meninggal dalam krisis migran terparah yang dialami Eropa dalam berpuluh-puluh tahun.
Keterangan rinci soal kewarganegaraan serta umur para korban kapal, yang tenggelam hari Minggu di perairan Farmakonisi, itu belum bisa diperoleh.
Badan penjaga pantai mengatakan 68 orang telah diselamatkan dari laut. Sementara itu, 30 penumpang selamat, dari kapal yang sama, telah ditemukan di Farmakonisi.
Di Lesbos, pulau yang telah menanggung beban masuknya para migran di Yunani, seorang juru foto Reuters melihat 10 perahu tiba dalam waktu 90 menit pada Minggu.
Satu perahu rapuh dengan membawa 70 pengungsi, termasuk banyak anak-anak, menyeruak sekitar 100 meter dari pantai. Para warga setempat menarik bayi-bayi dan bocah-bocah, termasuk bayi berusia dua bulan yang sedang ditimang oleh ayahnya, ke darat dengan menggunakan ban-ban karet.
Yunani telah berulang kali meminta bantuan dari pemerintah negara-negara untuk menangani gelombang pengungsi dan Perdana Menteri sementara Vasiliki Thanou pada Minggu mendesak blok Eropa untuk menyepakati kebijakan yang lebih menyeluruh.
Negara-negara lainnya salah untuk mengkritik langkah yang dijalankan Yunani dalam menangani gelombang migran, kata Thanou ketika mengunjungi Lesbos.
“Kami akan mendesak mereka untuk mempertimbangkan kewajiban menjaga garis pantai perbatasan-perbatasan Eropa sepanjang 16.000 kilometer … dan apakah prinsip-prinsip Eropa nanti bisa dibangun dengan mendirikan dinding (perbatasan, red),” ujarnya.
Sebagian besar pengungsi yang mencapai Yunani segera mengarah ke utara menuju negara-negara lainnya, dengan Jerman sebagai tujuan paling favorit.
Negara-negara Uni Eropa sejauh ini gagal mencapai kesepakatan menyangkut proposal yang diajukan presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker agar mereka menerima sistem kuota mengikat untuk menerima para pengungsi.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan