Mataram, aktual.com – Warga Desa Jeringo, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, yang menjadi korban gempa tektonik pada 2018, terpaksa menggunakan sisa bangunan rumah miliknya yang roboh, karena sampai sekarang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Dari pantauan di lokasi, Jumat (11/1), warga membangun rumah alakadarnya menggunakan sisa bangunan seperti papan triplek, kayu dan bambu. Mereka setiap hari menempati rumah darurat itu untuk menahan panas dan hujan.
Mereka khawatir akan kondisi yang ada, mengingat memasuki Januari 2019, curah hujan akan meningkat. Bagi mereka yang tidak memiliki sisa bangunan, terpaksa tidur di bawah tenda.
Kepala Desa Jeringo, Sahril menyebutkan sampai sekarang masih ada warga yang tinggal seadanya seperti menggunakan tenda dan membangun rumah memanfaatkan sisa bangunan yang ada.
“Masih banyak warga yang tinggal di tempat seadanya, bahkan ada yang masih bernaung di bawah tenda,” katanya.
Sahril mengaku sebenarnya warga telah mendapatkan bantuan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar Rp1 miliar, yang kemudian dibagi menjadi Rp384 ribu per jiwa pada 23 Agustus 2018 masih belum mencukupi untuk membangun hunian tetap.
Untuk membangun hunian tetap, warga diharuskan membentuk kelompok masyarakat (pokmas) sebagai syarat cairnya dana sebesar Rp50 juta. Namun sejauh ini dana yang cair hanya untuk 1 Pokmas yang terdiri dari 18 orang.
Hal yang sama juga dialami warga Glangsar, desa yang terletak di sebelah wilayah Jeringo.
Mustinah, warga Glangsar mengaku sudah tiga bulan tinggal di tempat pengungsian, kemudian kembali ke rumah dan mereka mendirikan rumah memanfaatkan sisa puing-puing rumah yang roboh.
Ia berharap pemerintah segera mencairkan dana bantuan, agar warga dapat tinggal di rumah yang layak.
“Saya berharap pemerintah segera memberikan bantuan untuk membangun rumah,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin