Jakarta, Aktual.com — Usai menguat pada penutupan perdagangan Selasa (18/8) kemarin, laju nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini dibuka melemah. Berdasarkan data Bloomberg Dollar Indeks, Rabu (19/8) mata uang Garuda dibuka di posisi Rp13.820 per dolar AS, atau melemah 20 poin dari posisi sebelumnya, yakni Rp13.800 per dolar AS.
Pada perdagangan pagi ini, Rupiah dan baht Thailand melemah, saat mata uang lainnya di Asia Tenggara melemah. Thailand melemah 0,02%, dan rupiah melemah 0,14% ke Rp13.820/US$. Sementara itu Dolar Singapura menguat 0,09%, peso Filipina (+0,11%), ringgit Malaysia (+0,11%).
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengemukakan, belum adanya sentimen positif membuat rupiah dapat berpotensi kembali melemah.
“Rilis data-data makro tidak dapat diharapkan untuk menahan pelemahan laju rupiah. Tetap cermati sentimen dan berita yang dirilis,” ujar dia di Jakarta, Rabu (19/8).
Pada Rabu (19/8) rupiah diprediksi Reza berada di bawah target support 13.777, yaitu Rp13.842-13.825 (kurs tengah BI).
Imbas devaluasi yuan mulai mereda, namun belum sepenuhnya memberikan sentimen positif pada laju rupiah yang masih terus mengalami pelemahan. Kekhawatiran akan penembusan support psikologis pun kembali terjadi, sehingga membuat rupiah tetap di tren pelemahannya.
“Masih terlihat melemahnya laju yuan terhadap dolar AS turut berpengaruh pada pelemahan rupiah,” ujar Reza.
Bahkan rilis surplus neraca perdagangan kurang ditanggapi karena nilai ekspor dan impornya mengalami penurunan. Nilai ekspor Indonesia Juli 2015 mencapai USD11,41 miliar atau mengalami penurunan sebesar 15,53 persen dibanding ekspor Juni 2015.
Sementara bila dibanding Juli 2014 mengalami penurunan sebesar 19,23 persen. Nilai impor Indonesia Juli 2015 mencapai USD10,08 miliar atau turun 22,36 persen dibanding Juni 2015. Demikian pula apabila dibanding Juli 2014 turun 28,44 persen.
Artikel ini ditulis oleh: