Jakarta, Aktual.com – Reaktivasi keanggotaan Indonesia pada organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) belum mendapat kepastian sejak pemeritah melayangkan surat permohonan.
Namun yang pasti tegas Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, upaya aktivasi itu disepakati jika sejalan dengan kebijakan energi nasional, terutama dalam hal produkasi minyak. Indonesia akan merasa keberatan jika OPEC meminta pemangkasan produksi.
“Kita sudah kirim surat. Tapi pada intinya ini harus sejalan dalam pengembangan energi nasional kita. Kalau ada keputusan OPEC yang tidak sejalan dengan kita, maka kita tidak akan gabung. Kan awalnya seperti itu, kita mengundurkan diri karena ada keputusan yang tidak sejalan dengan strategi kita,” katanya di Jakarta, Jumat (7/7).
Sebelumnya berdasarkan keterangan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Sujatmiko bahwa surat reaktivasi yang diajukan pada 24 mei itu atas dasar adanya permintaan dari Menteri Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) kepada pemerintah Indonesia agar Aktif kembali.
“Ada permintaan dari Menteri Energi Arab Saudi dan UEA ngajak Indonesia untuk masuk lagi. Indonesia kan punya peran yang cukup ditunggu-lah, diharapkan oleh anggota OPEC. Reaktivasi terus Menteri ESDM ngirim surat ke OPEC per 24 Mei mengajukan reaktivasi,” ujarnya di Jakarta, Senin (5/6).
Sebagai catatan, Perjalanan Indonesia dalam sejarah OPEC mengalami pasang surut. Indonesia pernah menjadi satu-satunya anggota OPEC dari Asia selama hampir 50 tahun sebelum keluar dari grup itu pada awal 2009.
Kemudian meningkatnya permintaan domestik serta menurunnya kemampuan produksi malah menjadikan Indonesia sebagai importir minyak. Lalu pada awal 2016 Indonesia bergabung kembali dengan OPEC dengan harapan untuk medapat harga crude murah yang bisa secara langsung impor dari negara produksi sesama anggota OPEC.
Selanjutnya pada akhir 2016 Indonesia membekukan keanggotaannya karena menolak keputusan OPEC untuk mengurangi produksi negara anggota agar mengangkat harga minyak dunia.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan