Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengatakan sebanyak 180 orang Palestina cedera pada Jumat (31/8), selama bentrokan dengan tentara Israel di perbatasan antara bagian timur Jalur Gaza dan Israel.
“Di antara 59 orang yang dibawa ke rumah sakit, seorang perempuan paramedis yang berusia 20 tahun dan seorang anak lelaki yang berumur 10 tahun berada dalam kondisi kritis,” kata Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, kepada wartawan, Sabtu (1/9).
Ratusan pemuda Palestina berkumpul di bagian timur Jalur Gaza di dekat perbatasan dengan Israel. Mereka menyerukan diakhirinya blokade yang diberlakukan terhadap daerah kantung itu sejak 2007, kata beberapa saksi mata.
Mereka juga melepaskan puluhan balon terbakar dari bagian timur Jalur Gaza ke dalam wilayah Israel, sementara mereka memotong darn menarik kawat berduri pagar keamanan perbatasan, kata beberapa saksi mata dan media setempat.
Sebagai reaksi, tentara Israel menembakkan tabung gas air mata dan peluru aktif ke arah demonstrasi, kata mereka.
Beberapa sumber medis dan paramedis mengatakan puluhan orang mengalami sesak nafas setelah menghirup gas air mata, dan lima orang ditembak serta cedera oleh peluru tentara Israe.
Pada pagi hari yang sama, Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) melalui pengeras suara menyeru warga agar bergabung pada Jumat ke-23 kegiatan anti-Israel “Pawai Akbar Kepulangan”.
Pemimpin senior HAMAS Khalil Al-Hayya mengatakan protes mingguan tersebut hanya akan berhenti ketika Israel mencabut pengepungannya atas Jalur Gaza.
Pawai anti-Israel, yang dimulai pada 30 Maret, sejauh ini telah menewaskan 171 orang Palestina dan melukai lebih dari 18.000, kata satu pernyataan Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza.
Israel menarik tentara dan permukiman Yahudi dari Jalur Gaza pada 2005 tapi telah membangun permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan, sehingga membuat marah orang Palestina yang memandangnya sebagai penghalang bagi harapan mereka untuk mendirikan negara merdeka. Babak terakhir pembicaraan perdamaian Palestina-Israel macet pada 2014.
Satu pengadilan Israel pada Selasa memutuskan untuk memberi pengakuan hukum bagi pembangunan permukiman tanpa izin Pemerintah Israel di tanah milik pria orang Palestina.
Kebanyakan negara memandang semua permukiman yang dibangun di wilayah yang direbut Israel dalam Perang Timur Tengah 1967 sebagai tidak sah. Israel mempermasalahkan pendapat masyarakat internasional itu.
Sebanyak 500.000 orang Israel tinggal di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, daerah yang menjadi tempat tinggal lebih dari 2,6 juta orang Palestina.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka