Semarang, Aktual.com — Prakiraan ilmu Falak Indonesia memprediksi durasi Gerhana Matahari Total (GMT) berkisar antara 2 jam, 15 menit, 38 detik pada Rabu (9/3). Kejadian sekali dalam seribu tahun itu dapat dilihat dari Menara Masjid Agung Jawa Tengah, jalan Gajah Raya Semarang.
Awal GMT dapat disaksikan langsung oleh mata telanjang pada pukul 06:20:33 WIB. Sedangkan, gerhana total puncaknya pada pukul 07:23:54 WIB dengan akhir gerhana pukul 08:36:11 WIB.
Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin menyebut dari waktu gerhana sama-sama terjadi pada seperempat pagi hari terawal. Meskipun waktunya waktunya tidak persis.
“GMT ini mirip terjadi saat bertepatan dengan wafatnya Sayyid Ibrahim, putra nabi dari ibu Maria Al-Ibtiyah. Dimana putra nabi itu wafat tepat pada malam hari sebelum gerhana,” ujar Izzudin, disela-sela diskusi Seminar Nasional dengan tema ‘Menyambut Gerhana Matahari Total 2016’ di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Minggu, (6/3).
Kata dia, durasi gerhana matahari total mirip saat zaman Nabi dengan kisaran waktu 2 jam 36 menit 11 detik. Waktu itu, GMt terjadi pada 29 Syawal 10 Hijriah/ 27 Januari 632 Masehi.
“Saat zaman nabi hampir mirip dengan puncak gerhana pukul 08:21:04 WD dengan akhir gerhana pukul 09:45:03 WD, ” beber pria yang juga dosen Ilmu Falak Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang itu.
Durasi fenomena alam itu memiliki kesamaan saat dihiting bersama para astronomi gerhana matahari.
Besar piringan gerhananya sejak zaman itu maupun tiga hari mendatang, sama-sama memiliki presentase gelap 80 persen. Hanya saja, gerhana kali ini mempunyai selisih 8 persen lebih besar dari gerhana zaman Rasulullah.
“Pada zaman nabi magnitude gerhana berkisar antara 0,824317767 atau 82 persen. Sedangkan gerhana di Semarang esok magnitudenya berkisar 0,8742833664 atau 87 persen, ” jelas Izzuddin.
Ditambahkan, gerhana matahari sebagian yang hampir mirip seperti yang akan terjadi di Semarang Rabu besok, menjadi salat gerhana matahari pertama dan terakhir nabi saat hidup.
Gerhana Matahari Sebagian, lanjutnya, terjadi saat posisi bulan dengan bumi pada jarak yang sangat dekat. Bahkan, hampir sama seperti gerhana matahari total. Bedanya, bumi, bulan dan matahari tidak tepat dalam satu garis lurus.
“Entah ini menjadi fenomena kebetulan atau tidak, yang pasti gerhana matahari sebagian yang akan kita saksikan di komplek MAJT nanti patut kita syukuri dan menjadi berkah tersendiri, ” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh: