Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan kuliah umum bagi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (27/3). Kuliah umum yang dihadiri 5.165 CPNS mewakili 33.155 CPNS yang lolos dari seleksi reguler itu digelar dengan mengangkat tema Bersatu dalam Harmoni Menuju Birokrasi Berkelas Dunia 2024. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Keenam partai pendukung telah bertemu dengan Joko Widodo untuk membicarakan figur yang dipilih menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) di Istana Bogor, Bogor, Senin (23/7) malam kemarin.

Beberapa Ketua Umum partai yang ikut dalam pertemuan itu kompak menyebut adanya pengkerucutan pilihan Cawapres menjadi satu nama saja.

Satu nama itu disebut-sebut dari kalangan profesional dan ekonom yakni Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang kini menjabat Menteri Keuangan di kabinet Jokowi.

Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo berpandangan jika benar nama SMI yang dipilih Jokowi maka resistensi terhadap SARA makin tinggi.

“Secara kompetensi dan kemampuan cukup tinggi, tapi situasi dan dinamika politik tidak seperti itu. Sosok cawapres Jokowi harus mampu meredam isu SARA,” tutur Karyono kepada wartawan, Selasa (24/7).

Pengamat politik senior ini menyatakan, terkecuali jika SMI mendapat dukungan ulama seluruh Indonesia, maka stigmaisasi SARA dapat diredam.

“Kalau didukung oleh ulama clear, tapi kalau belum sulit saya rasa,” imbuhnya.

Belum lagi isu antek neolib yang tersemat kepada SMI, menurutnya, akan menyulitkan kubu Jokowi dalam meredam arus kebencian masyarakat terhadap gejala demikian.

“Kalau SMI yang dipilih, isu neolib juga bisa dijadikan isu yang sensitif,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan