Beirut, Aktual.com – Pejuang dan keluarganya mulai meninggalkan benteng terakhir mereka di kota Homs, Suriah, pada Sabtu (18/3), berdasarkan atas perjanjian pengungsian dengan pemerintah, kata media negara itu dan saksi.

Sejumlah bus pembawa petempur, yang melawan pemerintah Suriah, dan keluarga mereka meninggalkan distrik al-Waer pada Sabtu pagi menuju kawasan dikuasai pemberontak di bagian timur laut kota Aleppo.

Gubernur Homs Tala Barazi mengatakan kepada Reuters bahwa sekitar 1.500 orang akan berangkat menuju kawasan pinggiran Aleppo pada Sabtu, termasuk sedikit-dikitnya 400 pejuang.

Pasukan Suriah dan Rusia mengawasi pengungsian itu dan keberangkatan seluruh pejuang dari al-Waer itu memakan waktu enam pekan, kata dia.

“Persiapan dan realitas di lapangan mengindikasikan evakuasi akan berjalan baik,” kata Barazi.

Pemerintah Presiden Bashar al-Assad telah berusaha menekan kawasan-kawasan pemberontak yang terkepung agar menyerah dan menerima apa yang disebutnya perjanjian rekonsiliasi yang melibatkan para petempur pergi ke bagian utara Suriah.

Pemerintah Suriah melukiskan persetujuan-persetujuan itu sebagai cara baik membawa negara itu lebih dekat dengan perdamaian setelah konflik berlangsung selama enam tahun. Tetapi kubu oposisi menyatakan persetujuan-persetujuan itu sebagai taktik untuk mengusir dengan paksa orang-orang yang menentang Bashar setelah pengeboman dan pengepungan bertahun-tahun.

Berdasarkan atas persetujuan al-Waer, antara 10.000 dan 15.000 orang akan dievakuasi dalam kelompok-kelompok selama beberapa pekan mendatang, demikian pemantau perang dan Media Center Homs yang beroposisi.

Observatorium bagi HAM Suriah, yang berkedudukan di Inggris, menyatakan bus-bus akan pergi ke kawasan Jarablus di bagian utara Suriah, yang dikuasai pemberontak dukungan Turki.

Bilamana rampung, hal itu akan menjadi evakuasi terbesar selama perang orang-orang termasuk para petempur keluar dari salah satu distrik Suriah, tempat sekitar 40.000 orang dan lebih 2.500 petempur bermukim, kata kelompok pemantau itu.

Persetujuan itu menyusul perjanjian lain, yang tidak pernah dilaksanakan sepenuhnya, antara pemerintah dan kelompok pemberontak di al-Waer, yang dibombardir pesawat tempur dalam beberapa pekan belakangan.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan