Ilustrasi - Seseorang minum susu saat berbuka puasa

Jakarta, aktual.com – Belakangan ini, susu ikan mulai menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh wacana bahwa susu ikan akan dijadikan alternatif pengganti susu sapi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diprakarsai oleh presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Berikut adalah beberapa fakta tentang susu ikan yang sedang menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia.

Pekan lalu, Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD, Sis Apik Wijayanto, menyampaikan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan alternatif selain produk susu sapi untuk program MBG pada masa pemerintahan Prabowo-Gibran. Sebagai catatan, ID FOOD adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pangan yang akan berperan dalam program susu gratis.

Sis Apik menjelaskan bahwa kajian ini dilakukan karena pembangunan peternakan sapi perah terintegrasi, atau mega farm, memerlukan waktu dua hingga tiga tahun. Dalam pengadaan susu sapi tersebut, peran peternak lokal di seluruh Indonesia akan dioptimalkan.

“Tapi jika tidak mungkin, ada produk alternatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi. Misalnya dari ikan juga ada,” kata Sis Apik, dikutip dari detikfinance, Selasa (12/9).

“Ini masih dalam kajian. Usulan ini pernah disampaikan beberapa tokoh masyarakat, tapi aroma dari susu ikan masih perlu perbaikan,” sambungnya.

Terkait dengan penyediaan susu dalam program MBG, Kementerian Pertanian menegaskan bahwa mereka akan melibatkan sektor swasta dalam proses impor sapi perah. Direncanakan sekitar satu juta ekor sapi perah akan diimpor, dengan target penyelesaian dalam lima tahun atau hingga tahun 2029.

“Jumlahnya 1 juta untuk lima tahun ke depan. Kita upayakan dari swasta semua,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda.

Pada Agustus 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) meluncurkan susu ikan pertama di Indonesia sebagai upaya mendorong hilirisasi produk perikanan. Susu ini merupakan hasil kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari di Indramayu, Jawa Barat, dan PT Berikan Teknologi Indonesia.

Susu ini terbuat dari bahan baku ikan yang diolah menggunakan teknologi modern, menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI), yang kemudian digunakan sebagai bahan dasar pembuatan susu ikan.

“Susu ikan ini minuman sehat yang cocok dikonsumsi untuk semua usia,” kata Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono.

Berdasarkan informasi dari laman resmi KKP, susu ikan mengandung Eicosapentaenoic Acid (EPA), Docosahexaenoic Acid (DHA), serta Omega-3 dalam jumlah tinggi, bebas dari alergen, dan mudah dicerna oleh tubuh, dengan kandungan protein mencapai 96 persen.

Proses pembuatan susu ikan relatif singkat, tergantung pada jenis ikan dan teknologi pengolahan yang digunakan. Ikan pelagis, seperti ikan tongkol dan tuna, yang kaya protein dan omega-3, sering dijadikan bahan dasar. Proses hidrolisis protein pada ikan ini bertujuan untuk memecah protein menjadi bentuk yang lebih mudah diserap oleh tubuh.

Menurut Diaz Cartaneda, penulis jurnal Replacement of Skimmed Milk with Hydrolyzed Fish Protein and Nixtamal in Milk Substitutes for Dairy Calves, ikan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan susu sapi. Selain kandungan proteinnya yang tinggi, susu ikan bebas alergen, mudah dicerna, dan memiliki tingkat penyerapan protein hingga 96 persen, lebih tinggi dibandingkan susu sapi.

Cartaneda juga menyebut bahwa susu ikan kaya akan asam lemak omega-3, EPA, dan DHA, yang penting untuk perkembangan otak dan kesehatan kardiovaskular.

Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi terkait rencana penggunaan susu ikan sebagai alternatif dalam program MBG. Menurut Dadan, saat ini Badan Gizi Nasional belum mempertimbangkan susu ikan sebagai salah satu pilihan menu dalam program tersebut.

“Semua yang baik pasti akan kita akomodir, tapi kita lihat. (Saat ini) kita belum ke arah situ,” kata Dadan, dikutip dari detikfinance.

Untuk memenuhi kebutuhan program susu gratis, Dadan menyampaikan bahwa Indonesia akan melakukan impor sapi. Langkah ini bertujuan agar Indonesia dapat mencapai swasembada susu sapi dalam jangka panjang.

“Dalam jangka panjang kita impor sapi supaya Indonesia ke dean swasembada susu. [Jumlahnya] tanya Kementan (Kementerian Pertanian), bertahap,” ujar Dadan.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain