Survei ini juga melihat soal tingkat penerimaan masyarakat atas tokoh yang akan memimpin mereka sebagai Gubernur Riau nanti (tingkat akseptabilitas). Jawaban survei 83,4 persen dari 1547 responden yang mewakili masyarakat Riau mengatakan Syamsuar sangat diterima dan diinginkan oleh masyarakat sebagai Gubernur Riau.

Kemudian Achmad 78,3 persen, Septina Primawati 77,2 persen, H Harris 76,3 persen, Firdaus 74,6 persen, dan petahana Arsyadjuliandi Rahman 73,3 persen, Lukman Edy 71,6 persen, Jefrie Noor mantan Bupati Kampar 68,6 persen, Sukarmis 66,4 persen, Indra Muchlis 66,2 persen, Nurzahedi Tanjung 59,3 persen, Yopie Arianto 58,2 persen, Cordias Pasaribu 56,3 persen, Irwan Nasir Bupati Kepulauan Meranti 54,3 persen.

Dari tingkat keterpilihan seorang calon Gubernur Riau, utamanya terkait tokoh manakah yang layak dipilih karena dianggap mampu menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, lanjut Arifin, survei LKPI melihat Syamsuar lah yang menurut masyarakat paling layak. Karena dia mengantongi tingkat elektabilitas sebesar 27,1 persen.

Sedangkan Achmad berada diurutan kedua sebesar 15,2 persen, petahana Arsyadjuliandi Rahman 6,6 persen, Jefrie Noor 6,4 persen, Firdaus 5,7 persen, H Harris 5,6 persen, Lukman Edy 5,4 persen, Septina Prima Wati 5,1 persen, Indra Muchlis 3,4 persen, Yopi Arianto 2,9, Sukarmis 2,8 persen, Nurzahedi Tanjung 1,7 persen, Cordias Pasaribu 1,4 persen, Irwan Nasir 1,3 persen dan yang tidak memberikan pilihan sebanyak 9,4 persen.

Lebih lanjut LKPI menanyakan soal kriteria Gubernur Riau yang di Inginkan oleh publik Riau. Dari jawaban para responden terdapat indikator kualitas personal paling penting bagi seorang cagub yang diinginkan Masyarakat Riau, yang terdiri dari bisa dipercaya, satu dalam kata dan perbuatan, tidak pernah melakukan atau diopinikan pernah melakukan KKN, tidak pernah atau diopinikan melakukan tindakan kriminal, diyakini mampu memimpin Provinsi Riau dan pemerintahan dan yang terakhir, dipercaya mampu berdiri di atas semua kelompok atau golongan yang berbeda.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Wisnu