Padang, Aktual.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi menyebutkan terdapat tiga fokus utama yang akan dijalankan Indonesia selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023.

“Pertama, kita ingin meletakkan fondasi kuat bagi visi ASEAN 2045,” kata Menlu RI Retno Marsudi melalui rekaman video di Universitas Andalas di Padang, Senin (21/8).

Di tengah situasi global yang tidak kondusif ASEAN harus memiliki kapasitas dalam menghadapi tantangan ke depan. Organisasi itu harus mampu mengambil keputusan dalam situasi darurat.

Oleh karena itu, ASEAN Concord direncanakan diputuskan sebagai fondasi bagi visi jangka panjang organisasi itu untuk tahun 2045. Fondasi tersebut akan terus dibangun selama Keketuaan Indonesia di ASEAN.

Poin kedua, kata Menlu, yakni Indonesia ingin memperkuat Asia Tenggara sebagai episentrum pusat pertumbuhan ekonomi. Apalagi, ASEAN memiliki modal yang kuat dengan jumlah penduduk lebih dari 650 juta jiwa, pertumbuhan ekonomi yang selalu di atas rata-rata pertumbuhan dunia, dan kawasan Asia Tenggara yang relatif damai dan stabil.

Menurut Retno, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menilai Asia Tenggara merupakan salah satu driver pertumbuhan ekonomi dunia.

Bahkan, ASEAN dinilai oleh OECD sebagai kawasan dengan kesempatan ekonomi terbaik. Tidak hanya itu, merujuk survei yang dilakukan The EU-ASEAN Business Sentiment yang dirilis 1 Agustus 2023 menyatakan kepercayaan Uni Eropa terhadap ASEAN masih sangat tinggi.

“Situasi positif ini harus terus kita jaga. Untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi tentunya ASEAN harus lebih tangguh menghadapi goncangan,” ujar Retno.

Menlu mengatakan melalui KTT ASEAN 2023 Indonesia bertekad menjaga ketahanan negara-negara ASEAN di bidang pangan, energi, kesehatan, perubahan iklim, keuangan termasuk kapasitas sumber daya manusia.

Point terakhir, kata Retno, prioritas Indonesia selama menjalankan Keketuaan KTT ASEAN yakni mendorong implementasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) atau pandangan ASEAN tentang Indo Pasifik.

Menurut diplomat kelahiran 27 November 1962 ini, selama lima dekade terakhir ASEAN telah membangun arsitektur kawasan yang inklusif, bahkan, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu menjadi lokomotif bagi stabilitas perdamaian dan kesejahteraan kawasan Indo Pasifik.

“Di tengah rivalitas yang semakin tajam, Indonesia terus mendorong kerja sama yang konkret dan inklusif dengan semua mitra ASEAN,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i