Jakarta, Aktual.com – Aksi Bela Islam dan Ulama membawa berkah tersendiri bagi sebagian orang, khusunya pedagang yang menjajakan dagangannya di sekitar Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (23/1).
Ribuan orang yang berkumpul untuk mengikuti Aksi Bela Islam dan Ulama memang menjadi magnet tersendiri bagi para pedagang.
Ahmad misalnya, pedagang rujak buah ini sengaja mendatangi Markas Polda (Mapolda) Metro Jaya untuk melipatkan keuntungan dari rujak yang dijual. Ahmad mengaku sudah dua kali berjualan rujak buah dalam unjuk rasa yang diadakan oleh GNPF-MUI.
“Tapi kalau yang dekat-dekat aja, kayak kemarin di Mabes Polri,” ujar Ahmad kepada Aktual di Mapolda Metro Jaya, Senin (23/1).
Ahmad sendiri sehari-hari berjualan di area Kemang, Jakarta Selatan. Bersama empat orang temannya sesama pedagang rujak, Ahmad mengatakan bahwa keuntungan yang berlipat-lipat menjadi alasan tersendiri kenapa ia mendatangi Aksi Bela Umat Islam dan Ulama.
Ketika ditemui, dagangan Ahmad memang sudah tampak habis terjual. “Kalau hari biasa untung cuma Rp100 ribu, kalau ikut ini bisa untung Rp300 ribu,” imbuh pria berusia 35 tahun ini.
Hal yang sama dirasakan oleh salah satu pedagang air mineral. Di tempat yang sama, pedagang yang enggan disebut namanya ini mengaku memanfaatkan aksi ini sebagai kesempatan untuk berdagang.
“Kalau lagi rame kayak gini mah enggak ada yang macam-macam, tapi selesai (aksi) ini pada kayak iblis,” ungkapnya, mengenai tindakan petugas Satpol PP atau birokrat Pemprov DKI Jakarta yang tidak beradab dalam mengusir para pedagang.
Pedagang yang berusia sekitar 60 tahunan ini mengaku sering ‘ditertibkan’ petugas Satpol PP ketika berdagang di area sekitar Jalan Sudirman. Tindakan tersebut menurutnya telah menutup kesempatannya dalam mencari uang.
Tindakan petugas yang mengusir para pedagang disebutnya sudah biasa terjadi dalam puluhan tahun lalu. Namun dalam beberapa tahun belakangan, tindakan petugas menjadi semakin bengis dan sadis.
“Kalau zaman Sutiyoso sama Fauzi Bowo petugasnya masih agak manusiawi,” tutup pria kelahiran Kebumen ini.
Laporan: Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan