Jakarta, Aktual.com – Putri mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Abdurahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid mendesak agar organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia itu terlibat aktif dalam politik praktis.
Yenny menegaskan, NU harus kembali pada khittah 1926, tahun di mana organisasi itu berdiri. Pernyataan keras Yenny ini merupakan bentuk reaksi dari ucapan Rais Aam PBNU, KH Ma’ruf Amin yang menyatakan akan mengerahkan seluruh warga Nahdliyin untuk mendukungnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
“NU memang sudah seharusnya berjalan sesuai khittah, karena itu sudah menjadi keputusan yang diputuskan oleh muktamar,” kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di kawasan Koja, Jakarta Utara, Minggu (19/8) malam.
Ia menambahkan, hal ini pun kerap dikatakan oleh Rais Syuriah PBNU, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus yang selalu mengingatkan untuk berpegang pada Qonun Asasi dan Mabadi Khairu Ummah dalam setiap mengambil keputusan.
“Jadi NU memang netral dalam berpolitik, itu sikap organisasi dari dulu sampai sekarang,” tegas Yenny.
Sebagaimana diketahui, Ma’ruf Amin merupakan calon Wakil Presiden (Cawapres) yang mendampingi petahana Joko Widodo (Jokowi) dalam pesta demokrasi tahun depan.
Dalam acara Silaturahmi dan Madrasah Kader NU di Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (18/8) lalu, Ma’ruf mengklaim bahwa PBNU akan mengerahkan semua warga Nahdliyin untuk memenangkan dirinya dan Jokowi.
Tidak hanya itu, sebelumnya klaim serupa juga dilontarkan oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj di kantornya, 14 Agustus 2018.
Menurut Yenny, ucapan Amin dan Said sangatlah bertentangan dengan Khittah 1926 NU. Ia menegaskan, sikap keduanya tidaklah merepresentasikan sikap resmi NU secara organisasi, melainkan sikap pribadi saja yang mengatasnamakan NU.
“Kalau kemudian ada orang-orang yang punya sikap politik sendiri dan kemudian mengatasnamakan NU itu tidak mengatasnamakan organisasi secara besar, tetapi individu saja, masyarakat Indonesia bebas mendukung siapapun,” jelas Direktur Eksekutif Wahid Institute itu.
“Tidak boleh (berpolitik), memang NU dari dulu netral dalam berpolitik,” pungkas Yenny.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan