Jakarta, Aktual.com – Kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani ke delapan proyek investasi yang ada di Lebak, Merak, Cilegon, Ungaran, Sukoharjo, Solo dan Sragen beberapa waktu lalu menemukan berbagai masalah. Yang paling menonjol adalah kepastian pasokan energi listrik dari PLN, persoalan perizinan terkait dengan lahan dan tata ruang, dan perizinan daerah.

“BKPM melakukan sampling terhadap 100 proyek investasi yang sedang memasuki masa kontruksi dan tidak melaporkan adanya hambatan. Kunjungan yang kami lakukan ke delapan proyek juga dapat mengindentifikasi permasalahan yang potensial menghambat realisasi proyek investasi tersebut,” ujar Franky dalam keterangan resminya, Selasa (16/6).

Lebih lanjut dikatakan, Franky menemukan masalah mengenai pasokan listrik dari PLN yang dialami oleh PT Cemindo Gemilang, yang mengerjakan proyek pabrik Semen di Lebak, Banten, dan PT Rayon Utama Makmur yang mengerjakan proyek serat rayon bahan baku benang di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sementara persoalan perizinan terkait lahan dan tata ruang dialami oleh PT Kudkong Apparel Batang, menyebabkan proyek perluasan pabriknya terganjal.

“Pabrik semen PT Cemindo Gemilang di Lebak, banten saat ini dalam tahap konstruksi dan selesai sekitar 80 persen. Ditargetkan sudah bisa produksi perdana pada akhir Agustus atau awal september 2015, dengan catatan tersedia pasokan listrik dari PLN. Rencana investasi Rp10,6 triliun dan akan menghasilkan clinker 3,2 juta ton per tahun dan semen 3,7 juta ton per tahun,” lanjutnya.

Oleh karena itu, kata dia, berjanji akan mengatasi permasalahan-permasalah tersebut dengan beroordinasi dengan PLN dan Kementerian atau lembaga terkait. Franky memastikan akan mengatasi semua masalah yang menghambat proses realisasi investasi,pasalnya potensi yang sangat besar menggerakan perekonomian.

Menurutnya apabila rencana delapan proyek investasi tersebut dapat diselesaikan dengan cepat akan ada penambahan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 10 ribu orang, realisasi investasi sebesar Rp50,7 triliun, peningkatan ekspor produk sekitar USD800 juta per tahun, penghematan devisa dan subsitusi impor senilai USd810 juta per tahun dan tambahan pembangkit listrik sebesar 986 MW yang 662 MW diantara digunakan untuk keperluan umum.

Artikel ini ditulis oleh: