Jakarta, Aktual.com – Satelit melakukan pendeteksian dan menemukan 86 titik panas dengan tingkat kepercayaan atas potensi atau kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di atas 50 persen berada di daratan Pulau Sumatera.
Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Pekanbaru, Kamis (4/8), menyebut, jumlah titik panas tersebut mengalami peningkatan satu titik dibanding hari sebelumnya 85 titik dan tersebar pada tujuh provinsi.
“Dari sensor modis yang terpasang pada satelit Terra dan Aqua, pagi ini terpantau 86 titik panas di Sumatera dengan wilayah masih terkonsentrasi dalam dua hari terakhir di Sumatera Utara,” papar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi.
Slamet merinci, titik panas di Sumatera Utara terpantau oleh satelit dalam jumlah yang besar dibanding dengan enam provinsi lain berjumlah 33 titik dan diikuti wilayah Sumatera Selatan memberi sumbangan 21 titik panas.
Lalu, disusul dengan wilayah Nanggroe Aceh Darussalam terdeteksi sebanyak 18 titik panas, kemudian wilayah Lampung terpantau menyumbang lima titik panas.
Wilayah Bangka Belitung terdeteksi memberi sumbangan empat titik panas, Sumatera Barat terpantau menyumbang tiga titik panas dan terakhir di Riau terpantau memberi dua titik panas.
“Dua titik panas di Riau, terpantau satelit berada di Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi. Sedangkan titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen atau berpotensi menjadi titik api, hingga kini belum ada di Riau,” ucap Slamet.
Pemerintah Provinsi Riau telah memutuskan untuk memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku enam bulan atau sejak Juni hingga 30 November 2016.
Komandan Satuan Tugas Karhutla Riau, Brigjen TNI Nurendi mengatakan, perpanjangan status itu sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan karhutla karena setiap tahun terus terjadi terutama dalam 18 tahun terakhir.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Willem Rampangilei sebelumnya telah memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar tetap meningkatkan pemadaman dan pencegahan karhutla.
“Bagi masyarakat diimbau untuk tidak membakar, terutama saat membuka lahan. Sebab, dampak karhutla sangat luar biasa dan merugikan semua pihak. Pencegahan harus ditingkatkan karena lebih efektif daripada pemadaman,” pungkasnya.
(ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara