PM Israel netanyahu.

Yerusalem, Aktual.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (17/2) mengatakan, pihaknya akan melancarkan serangan militer ke Rafah di Jalur Gaza selatan, serta tidak akan menyetujui tuntutan Hamas untuk gencatan senjata dan pertukaran sandera.

Netanyahu mengatakan dalam konferensi pers di Yerusalem bahwa “tuntutan Hamas tidak masuk akal. Mereka ingin mencapai satu tujuan, yaitu kekalahan Israel.”

“Jelas kami tidak akan menyetujuinya. Jika Hamas membatalkan tuntutan ini, barulah kami akan bisa melanjutkannya,” tambahnya.

“Kami mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza dan kami harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka, dan kami telah membuat kemajuan besar dalam hal ini,” lanjut Netanyahu.

Sebelumnya, pada Sabtu (17/2), kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, menegaskan bahwa “perlawanan tidak akan setuju dengan apa pun kecuali penghentian total agresi, penarikan tentara pendudukan dari Jalur Gaza, pencabutan pengepungan yang tidak adil,”

“Serta menyediakan tempat penampungan yang aman dan layak bagi para pengungsi akibat kejahatan pendudukan, kembalinya para pengungsi, terutama ke Jalur Gaza bagian utara, mengakhiri kebijakan kelaparan yang tidak manusiawi, dan berkomitmen pada rekonstruksi,” tegasnya

“Hamas selalu merespons dengan semangat positif dan bertanggung jawab melalui mediator untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami, mengakhiri pengepungan yang tidak adil, dan memungkinkan aliran bantuan, tempat tinggal, dan rekonstruksi,” ujar Haniyeh dalam pernyataannya.

Pada Selasa (13/2), perundingan mengenai usulan kesepakatan pertukaran sandera baru diadakan di Kairo, namun tidak ada kemajuan.

Meskipun ada peringatan dari pihak regional dan internasional mengenai rencana invasi Israel ke Rafah, Netanyahu menegaskan,”Mereka yang ingin mencegah kami melancarkan operasi militer di Rafah ingin kami kalah dalam perang ini, saya tidak akan membiarkan hal itu.”

Dia menegaskan bahwa “ada banyak ruang untuk evakuasi warga sipil di wilayah Rafah sehingga kami dapat melakukan serangan militer.”

Channel 12 Israel melaporkan sebelumnya pada Sabtu bahwa Netanyahu akan menyampaikan rencana serangan militer terhadap Rafah kepada pemerintahnya pekan depan.

Israel mengumumkan niatnya untuk menyerang Rafah di wilayah selatan, setelah secara paksa mengevakuasi penduduk di utara dan mengarahkan mereka ke selatan, mengeklaim bahwa itu adalah “daerah yang aman.”

Peringatan dari pihak regional dan internasional meningkat terkait serangan Israel terhadap Rafah dan rencananya untuk menyerang langsung, serta risiko bagi ratusan ribu pengungsi yang mencari perlindungan di sana sebagai tempat terakhir di Jalur Gaza.

Mengenai negosiasi dengan Palestina, Netanyahu menyatakan, “Israel tidak akan menyerah pada perintah internasional mengenai penyelesaian masa depan dengan Palestina.”

Dia menambahkan: “Di bawah kepemimpinan saya, Israel akan melanjutkan perlawanan kuatnya terhadap pengakuan sepihak atas negara Palestina.”

Mengacu pada protes populer yang berlangsung di beberapa kota di Israel selama konflik, menuntut pengunduran diri pemerintah, Netanyahu menyatakan penolakannya untuk mengadakan pemilu selama konflik.

Dia mengatakan, “Hal terakhir yang dibutuhkan Israel saat ini adalah mengadakan pemilu.”

Warga Israel telah melakukan demonstrasi setiap hari menuntut pengunduran diri pemerintahan Netanyahu dan pembebasan para sandera. Protes diselenggarakan setiap Sabtu di seluruh negeri.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan