Jakarta, Aktual.com – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusulkan agar dilibatkannya kaum muslim Tiongkok dalam diplomasi antarnegera Indonesia dan Republik Rakyat China (RRC) yang dinilai penting guna meraih kesepahaman dan kerja sama kedua pihak.

Hal tersebut disampaikan pimpinan delegasi PKS Sigit dalam pertemuan Dirjen Internasional Departemen Partai Komunis Tiongkok Yuan Zhibing di Beijing, 8 Februari 2018 lalu.

“Saat ini harus diakui peran Tiongkok tidak bisa dipinggirkan baik dalam konteks hubungan bilateral kedua negara, regional, maupun dunia internasional,” ujar Sigit dalam rilis PKS yang diterima di Jakarta, Senin (12/2).

Hal itu, ujar dia, mengingat 20 tahun terakhir RRC di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping makin tumbuh menjadi raksasa perekonomian yang patut diperhitungkan.

Sedangkan terkait ideologi ateis dan komunis yang menjadi nafas sosialisme Tiongkok, Sigit menegaskan bahwa Indonesia sebagai negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia memiliki rentetan sejarah kelam Partai Komunis Indonesia.

“Sila pertama dasar negara kami, Pancasila, menegaskan bahwa Indonesia adalah negeri yang berketuhanan,” lanjut Sigit.

Sebagaimana diketahui, PKS bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) diundang oleh otoritas Tiongkok melakukan studi banding khususnya ke Daerah Otonom Etnis Muslim Hui di Ningxia di mana hubungan antaretnis dan religiusitas terjaga harmonis.

Menurut rilis tersebut, daerah otonom Ningxia, setingkat provinsi, merupakan batu pijakan kesukseskan Xi Jinping baik dalam hal harmonisasi antar suku maupun pengentasan kemiskinan.

Saat ini daerah otonom Ningxia menjadi provinsi percontohan yang laju pertumbuhan ekonominya berjalan sangat cepat di RRC.

Sebelumnya, Ketua Bidang Ekonomi Keuangan Industri Teknologi (Ekuintek) DPP PKS Memed Sosiawan menginginkan kebijakan pemerintah Indonesia dapat mengatasi dampak dari fenomena kenaikan harga minyak dunia awal 2018 ini.

“Pada akhir Januari 2018 terjadi tren kenaikan harga minyak, yang disebabkan oleh datangnya musim dingin ekstrem selama Januari 2018 dan tercapainya kesepakatan antaranegara OPEC dan non-OPEC untuk mengurangi pasokan minyak di pasar dunia, terutama kesepakatan dengan Amerika Serikat yang berhasil untuk pertama-kalinya mencapai lifting,” kata Memed Sosiawan.

Memed memaparkan, memasuki 2018, suasana perekonomian global terasa kondusif dengan mulai meningkatnya pertumbuhan di China, India, dan Uni Eropa.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara