Jakarta, Aktual.com — Kehadiran Pimpinan DPR di konferensi pers bakal calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington, dianggap telah melanggar kode etik.
Pasalnya, yang dilakukan Setya dan kawan-kawan diluar fungsi dan kewenangan anggota DPR.
Terkait hal itu, Ketua DPR RI Setya Novanto mengaku bahwa pertemuan itu tak disengaja. Disebutkan, kunjungannya beserta beberapa Anggota DPR dalam rangka mengikuti agenda sidang ‘The 4th World Conference of Speakers Inter Parliamentary Union’ (IPU) di New York, Amerika Serikat.
“Setelah agenda tersebut, saya bertemu dengan Donald Trump, figur yang saya kenal sejak lama. Pertemuan tersebut memang diluar agenda. Karena itu, pertemuan itu lebih bersifat spontan. Pertemuan sebagai teman biasa yang kebetulan yang bersangkutan juga merupakan salah satu pengusaha yang banyak terlibat dalam aktivitas investasi di Indonesia,” ujar Novanto di DPR, Jakarta, Senin (14/9).
Novanto menjelaskan, pertemuan itu berawal dari inisiasi Donald Trump yang menghubungi dirinya agar menyempatkan diri berkunjung ke gedung miliknya. Pertemuan tersebut berlangsung pada pukul 13.30 waktu setempat. Saat itu, agenda acara IPU sedang rehat hingga pukul 15.00 waktu setempat. Saat itulah Novanto berkunjung ke Gedung milik Donald Trump.
“Perbincangan dengan Donald Trump lebih banyak tentang investasi di Indonesia. Suatu perbincangan yang menurut saya sangat penting, mengingat saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang melambat. Sehingga membutuhkan pertumbuhan yang salah satunya bersumber dari investasi. Donald Trump menyambut baik perbincangan tersebut,” jelasnya.
Sebagai catatan, lanjut Novanto, hasil pertemuan dengan Donald Trump mendapat respon positif dari Asosiasi Pengusaha Amerika Serikat dan Asean yang tergabung dalam ‘US-ASEAN Business Council’.
“Dimana saya diminta untuk berbicara dan kesempatan tersebut saya gunakan untuk mengajak para pengusaha berinvestasi di Indonesia. Secara pribadi saya menganggap masalah melambatnya ekonomi Indonesia akibat dari situasi global saat ini, merupakan ‘perang’ yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama-sama oleh Pemerintahan Jokowi, DPR dan tentunya seluruh rakyat Indonesia agar kita tidak lagi mengalami krisis ekonomi seperti tahun 1998 lalu, atau krisis yang saat ini terjadi di Negara Yunani dan mulai merambat kebeberapa Negara di Asia,” paparnya.
“Sebagai penganut adat ketimuran, saya bersama Anggota DPR RI lainnya merasa tidak etis meninggalkan gedung tersebut tanpa pamit kepada Trump,” katanya.
Lebih lanjut, menurut Novanto, sebagian publik memandang pertemuan tersebut tidak layak secara etika, mengingat jabatan Ketua DPR RI, termasuk Anggota DPR RI, tidak patut bertemu dengan salah satu figur yang juga berniat mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat. Belum lagi, figur Donald Trump yang dikenal sinis dalam pandangan sebagian orang.
“Meski demikian, secara pribadi, saya tidak memiliki kepentingan sedikitpun terkait niat Donald Trump dalam mencalonkan diri sebagai Presiden AS. Sebagai pribadi, saya semata-mata memandang yang bersangkutan sebagai teman, yang kebetulan bertemu di sebuah tempat yang juga (kebetulan) menjadi tempat konferensi pers. Meski kita ketahui bersama, konperensi pers tersebut belum dalam tahap kampanye,”
“Saya memahami pandangan publik, baik yang menganggap terjadi dugaan pelanggaran kode etik, demikian pula yang memandang dalam batas kewajaran,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh: