Jakarta, Aktual.com – Betonisasi bantaran Sungai Ciliwung yang dilakukan Pemprov DKI untuk normalisasi sungai, dianggap sebagai ‘malpraktik’ kebijakan. Pendapat itu disampaikan aktifis lingkungan dari Komunitas Ciliwung Institute, Sudirman Asun.
Menurut dia, betonisasi sepanjang 19 kilometer di Sungai Ciliwung bisa merusak ekosistem sungai dan sekitarnya. Sebab daya serap tanah berkurang, sehingga bisa menimbulkan krisis air tanah. Berkurangnya resapan air, juga membuat laju air dari hulu ke hilir akan semakin tinggi. Akibatnya, ancaman banjir pun muncul.
Parahnya lagi, kata dia, kondisi itu tidak diimbangi dengan kekuatan pompa air untuk membuang air ke laut Teluk Jakarta yang permukaannya lebih tinggi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu, Sudirman menilai proyek 1 triliun yang diketok 13 Maret 2014 lalu oleh Gubernur DKI Joko Widodo dan dilanjutkan Ahok untuk beres tahun 2016, sebagai malpraktik kebijakan.
“Kami menganggap ini sebagai malpraktik kebijakan karena mengancam masa depan Jakarta. Kalau diteruskan, banjir di Jakarta akan semakin parah,” ujar dia, saat dihubungi Aktual.com, Senin (9/11).
Asun berharap normalisasi sungai Ciliwung tidak dengan cara betonisasi, melainkan dengan cara alami agar kehidupan di dalam dan di atas sungai terjaga.
Dia juga mengharapkan adanya ruang dialog antara masyarakat dengan Pemprov DKI terkait desain normalisasi sungai yang baik. “Kita mau ada ruang dialog. Masyarakat diikutsertakan dalam pengelolaan. Masyarakat ini bukan penonton loh,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh: