Jakarta, Aktual.co — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menemukan 4.733 lembar uang palsu selama tahun 2014 atau meningkat 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati menjelaskan bahwa sebagian besar uang palsu tersebut didapatkan dari laporan masyarakat kepada bank sentral itu.
“Sejak tahun 2010, penerimaan lembar uang palsu yang dilaporkan kepada kami mengalami peningkatan. Tahun 2014 jumlahnya meningkat 20 persen dibandingkan tahun 2013 yang pada saat itu mencapai 3.947 lembar,” ucapnya, Sabtu (6/6).
Sebagian besar, lanjut Dewi, pecahan 100.000 merupakan pecahan yang paling banyak dipalsukan dan disusul pecahan 50.000 dan 20.000.
Sedangkan selama tahun ini hingga Mei 2015, bank sentral itu telah menerima uang abal-abal tersebut sebanyak 2.702 lembar.
Untuk itu, pihaknya mewanti-wanti masyarakat untuk berhati-hati di dalam menerima uang yang dicurigai uang palsu.
Penekanan tersebut menyangkut ciri-ciri keaslian uang Rupiah (Cikur) yakni pengenalan awal 3-D dilihat, diraba dan diterawang.
Pihaknya saat ini lebih menekankan sosialisasi kepada seluruh kalangan mulai dari pelajar, pegawai pemerintahan hingga pedagang di pasar tradisional yang dikhawatirkan kerap menerima uang palsu tersebut.
Uang rupiah, lanjut dia, telah dilengkapi sejumlah alat pengamanan yang tinggi di antaranya benang pengamanan dan tinta tiga dimensi yang bisa berubah warna.
Selain itu, pada lembaran uang asli, dilengkapi juga dengan beberapa tanda yang terasa kasar apabila diraba dan adanya tanda khusus bagi penyandang tuna netra.
Tanda air pada gambar pahlawan dan gambar saling isi lambang BI pada cetakan gambar muka dan belakang lembaran uang juga dilengkapi sebagai tanda pengamanan uang Rupiah.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid