“Kalau secara bulanan, capaian inflasi Jawa Tengah ini lebih tinggi daripada inflasi nasional yang sebesar 0,23 persen. Secara tahunan, pencapaian inflasi Jawa Tengah tersebut sama dengan inflasi nasional yang juga tercatat 3,83 persen,” katanya.

Menurut dia, tekanan terhadap inflasi, terutama berasal dari kelompok “volatile food” seiring dengan terbatasnya pasokan di tengah curah hujan yang tinggi.

Adapun lima besar komoditas penyumbang inflasi pada bulan Februari 2017, yaitu tarif listrik 0,14 persen, bawang merah 0,08 persen, cabai rawit 0,07 persen, tukang bukan mandor 0,04 persen, dan minyak goreng 0,03 persen.

Terkait dengan inflasi pada bulan Maret, lanjut dia, meski tidak menyampaikan prediksi angka, pihaknya meyakini akan terjadi deflasi pada bulan Maret.

Meski demikian, diprediksikan inflasi akan kembali tinggi seiring dengan makin dekatnya momentum keagamaan, di antaranya bulan puasa dan Lebaran. Selain itu ada rencana kenaikan tarif dasar listrik.

“Kondisi tersebut bisa berdampak pada inflasi yang meningkat. Oleh karena itu, secara keseluruhan tentu TPID akan me-‘maintance’ agar inflasi hingga akhir tahun ini dapat sesuai dengan target, salah satunya dengan memastikan ketersediaan pasokan barang,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka