Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir menilai langkah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang menaikan suku bunga acuan 7 days (reverse) repo rate naik sebesar 25 basis poin, dari 4,50 persen menjadi 4,75 persen sebagai tindakan memperkuat moneter.
“(Kebijakan BI itu) untuk memperkuat moneter. Jangan sampai modal yang sudah masuk di Indonesia malah keluar lagi, maka itu BI menaikan suku bunga,” kata Hafisz, di Jakarta, Sabtu (2/6).
Meski memberikan dampak positif dengan menguatnya nilai tukar rupiah, tetapi, Hafisz mengingatkan, jika kenaikan suku bunga yang dilakukan BI harus mendapat dukungan pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan diikuti kebijakan sektor fiskal yang saling menguatkan.
“Namun naiknya suku bunga BI harus pula diikuti oleh kebijakan di sektor fiskal (kebijakan Menkeu dan sektor rill), supaya hulu dan hilir bisa saling memperkuat,” sebut dia.
Pasalnya, suka tidak suka kenaikan tersebut akan sangat berpengaruh pada industri kecil dan menengah dalam negeri, salah satunya kredit akan bertambah lebih mahal.
“Pasti ada dampaknya
kredit akan menjadi lebih mahal (costly) .Maka itu tadi saya sampaikan bahwa sektor fiskal dan rill harus juga bergerak memberikan kebijakan baru, seperti insentif atau kemudahan lainnya,” terang politikus PAN tersebut .
“Karena jika tidak maka akan menjadi beban industri,” pungkas anggota dewan dari Dapil Sumatera Selatan I.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang