Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia optimistis penurunan suku bunga acuan (BI7DRR) menjadi 4,25 persen akan menurunkan bunga kredit, pasar uang, deposito dan imbal hasil untuk surat berharga negara dalam masa COVID-19 sehingga biaya dari APBN bisa ditekan.
“Insya Allah itu akan terus turun apalagi BI hari ini menurunkan kembali suku bunga kebijakannya jadi 4,25 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo ketika mengumumkan penurunan suku bunga acuan di Jakarta, Kamis (18/6).
Menurut dia, bank sentral ini sejak Juli 2019 hingga Mei sudah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin dan ditambah penurunan pada Juni 2020 sebesar 25 basis poin menjadi total 175 basis poin menjadi 4,25 persen.
Perry mengklaim sejak Juli 2019 hingga Mei 2020 penurunan BI7DRR sudah diikuti penurunan suku bunga di pasar uang mencapai 152 basis poin untuk suku bunga pasar antarbank (PUAB) overnight dan suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR).
Sedangkan di perbankan, suku bunga deposito pada periode itu juga turun sebesar 99 basis poin dan suku bunga kredit, turun lebih sedikit dari deposito yakni 69 basis poin.
Ia menilai masih ada ruang penurunan suku bunga deposito dan kredit karena likuditas perbankan saat ini masih berlebih seiring dengan kebijakan BI melakukan injeksi likuiditas.
Sementara itu suku bunga SBN untuk imbal hasil atau yield satu tahun dalam periode itu juga turun 120 basis poin sehingga diharapkan turunnya suku bunga acuan saat ini menurunkan biaya APBN khususnya untuk SBN tenor satu tahun.
“Memang kalau kita lihat penurunan, untuk tenor yang lebih pajang itu lebih kecil. Tentu saja ini juga dipengaruhi frekuensi pelaku pasar termasuk investor asing dan termasuk juga premi risiko,” imbuhnya.
Sedangkan untuk jatuh tempo 10 tahun, imbal hasil juga sudah turun dari 8,08 persen menjadi 7,2 persen.
Untuk yield obligasi korporasi untuk peringkat AAA juga mengalami penurunan pada periode Juli 2019 hingga Mei 2020 sebesar 59 basis poin.
“Suku bunga kebijakan BI akan menurunkan biaya modal di pasar uang, biaya modal untuk kredit dan APBN serta korporasi. Itu salah satu wujud nyata kebijakan BI mendukung pemulihan ekonomi nasional,” katanya.