Lalu Tiongkok juga melonggarkan kebijakan moneter dengan memangkas kewajiban bank untuk menempatkan dana cadangan (RRR) sehingga menambah likuiditas perbankan Negara Tembok Raksasa itu.
“Dunia terlihat dengan kebijakan suku bunga yang probabilitas menurun. Negara-negara ‘emerging market’ bisa kelimpahan modal asing,” ujarnya.
Namun Onny mengingatkan likuiditas yang masuk ke negara-negara berkembang memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Artinya sewaktu-waktu aliran likuiditas itu juga dapat keluar tergantung tingkat imbal hasil yang ditawarkan dan juga iklim investasi di negara yang bersangkutan.
BI, ujarnya, akan menjaga agar imbal hasil aset keuangan domestik atau berdenominasi rupiah tetap menarik di tengah merebut limpahan likuiditas.
Bank Sentral mencatat aliran modal asing yang masuk hingga 19 September 2019 sebesar Rp189,9 triliun.
Kebijakan moneter negara-negara besar yang longgar itu tidak lepas dari melambatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi di lima negara yang menjadi mesin penggerak perekonomian dunia seperti AS, Eropa, Jepang, China, dan India.
Artikel ini ditulis oleh: