Jakarta, Aktual.com — Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, bahwa pelemahan mata uang merupakan isu global yang kini tidak hanya dihadapi Indonesia, tetapi juga beberapa negara.
“Apa yang terjadi kita tahu negara-negara di dunia bukan dalam kondisi yang baik. Jangan lihat ini spesifik isu indonesia, ini isu global,” katanya di Jakarta, Kamis (20/8).
Ia mencontohkan, pertumbuhan Tiongkok anjlok dari 12 persen ke 6,8 persen tahun ini. Negara “emerging market” lainnya, seperti Brasil, Afrika Selatan, dan Thailand juga juga sedang tertekan.
Sementara itu, Eropa, menurut dia, mulai membaik meskipun lambat.
“Jadi, Indonesia bukan sendirian menghadapi situasi dunia yang sedang jelek, yang bagus hanya AS, mata uang yang menguat hanya dolar AS dan swiss franc, mata uang lain melemah,” kata dia.
Pelemahan mata uang yang terjadi pada bulan Januari–Agustus 2015, kata dia, juga dialami Malaysia yang mata uangnya melemah lebih dari 16 persen. Dalam hal ini, dia mengatakan bahwa Indonesia lebih baik karena mengalami pelemahan lebih kecil, yakni sebesar 10 persen.
Meski begitu, Mirza mengatakan bahwa pihaknya akan terus berusaha melakukan kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Sekarang tinggal bagaimana kita bisa terus mengawal supaya kita kondisinya tetap stabil dalam menghadapi situasi dunia yang sedang tidak baik ini,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berpendapat bahwa perekonomian di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN sedang dilanda banyak masalah yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan ekonomi.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, kembali melemah sebesar 24 poin menjadi Rp13.866,00 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.842,00 per dolar AS.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis (20/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.838,00 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.824,00 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh: