Batam, Aktual.com — Bank Indonesia menilai merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai mengganggu industri di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, karena kebanyakan bahan baku industri di kota itu diimpor.

“Bahan baku industri di Batam dari impor. Karena mengandalkan impor, dampak merosotnya rupiah akan dirasakan. Harga bahan baku akan naik,” kata Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra di Batam Kepulauan Riau, Kamis (23/7).

Agar industri Batam bisa bertahan, maka ia menyarankan agar industri mengurangi impor bahan baku, dan lebih memilih menggunakan bahan baku dari dalam negeri.

Bahkan, jika memungkinkan, agar dibangun industri pendukung khusus industri manufaktur utama di Batam, agar tidak lagi bergantung pada impor.

“Jadi industri manufaktur, harus bisa ditopang industri pendukung di Batam. Pemerintah harus melakukan langkah untuk mendorong itu,” ujarnya.

Di lain pihak, ia mengatakan penurunan nilai tukar rupiah bisa menguntungkan bagi perkembangan kawasan industri Batam.

Penurunan nilai tukar rupiah dianggap dapat meningkatkan daya saing Batam, karena bila biaya-biaya lokal dikonversikan dengan dolar, maka lebih murah.

Selain itu, peningkatan nilai dolar juga menguntungkan bagi industri Batam yang berorientasi pada ekspor.

“Tapi di sisi lain, bisa berdampak positif. Dapat meningkatkan daya saing industri kalau ekspor kami naik. Jadi, harus bisa manfaatkan momen ini untuk ekspor,” ucapnya.

Meski begitu, BI masih belum melihat dampak positif penguatan dolar terhadap rupiah di Batam, karena industri masih tergantung dengan bahan baku impor.

Selain industri, BI juga menilai pelemahan rupiah juga memukul masyarakat umum, mengingat banyak kebutuhan warga yang diimpor dari Negara Jiran.

Artikel ini ditulis oleh: