Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo //ANTARA FOTO

Jakarta, Aktual.com – Inflasi pada Mei 2018 diperkirakan mencapai 0,22 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 3,24 persen secara tahunan (year on year/yoy) yang salah satu pemicunya kenaikan harga bahan pangan di awal Ramadhan 1439 Hijriah.

Demikian hasil survei pemantauan harga hingga pekan ketiga Mei 2018 oleh Bank Indonesia (BI) seperti disampaikan Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (18/5).

“Saat Ramadhan memang ada beberapa harga meningkat, seperti daging ayam, varietas bawang. Namun inflasi terjaga, tadi survei minggu ketiga sebesar 0,22 persen dan secara tahunan itu adalah 3,24 persen,” kata Agus.

“Inflasi di pekan ketiga ini masih dalam tingkat rendah, bahkan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang 0,55 persen,” tambahnya.

Bank Sentral, kata Agus, semakin meyakini inflasi tahun 2018 ini akan terjaga di sasaran inflasi (inflation targeting framework) di rentang 2,5-4,5 persen (yoy). Beberapa tekanan, kata Agus, sudah mereda.

Di antaranya tekanan dari kelompok harga barang bergejolak (volatile food) yang, kata Agus, yang dapat dikendalikan karena pasokan dan produktivitas yang memadai didorong musim panen dalam beberapa waktu lalu. Pemerintah dan BI ingin menyasar inflasi “volatile food” di kisaran 4-5 persen (yoy) tahun 2018 ini.

Kemudian untuk kelompok barang yang diatur pemerintah (administered prices), kata Agus, pemerintah sudah berkomitmen untuk turut menjaga inflasi “administered prices” agar tidak membebani sasaran inflasi.

“Ke depan, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5 persen plus minus satu persen. Koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat terutama sebagai antisipasi meningkatnya inflasi volatile food didorong oleh pola musiman bulan Ramadhan dan Lebaran,” ujar Agus.

Bank Sentral juga mengestimasi dampak kenaikan inflasi dari depresiasi nilai tukar rupiah. Alhasil, BI merasa perlu untuk menaikkan suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo Rate” sebesar 0,25 persen ke 4,5 persen pada Mei 2018 ini untuk meredam tekanan eksternal yang menggerus nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: