Jakarta, Aktual.com —Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi kredit hingga Mei 2015 sebesar Rp3.792,8 triliun, tumbuh 10,3 persen secara year on year (yoy). Relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) yang meningkat, di tengah menurunnya pertumbuhan kredit investasi (KI).

Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs mengatakan posisi KMK tercatat sebesar Rp1.785,4 triliun, tumbuh 10,1 persen (yoy) lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (8,9 persen).

“Secara sektoral, peningkatan KMK terjadi pada sektor industri pengolahan dan konstruksi, yang masing-masing tumbuh 16,8 persen (yoy) dan 26,4 persen (yoy), naik dari 15,4 persen (yoy) dan 24,2 persen (yoy) pada April 2015,” ujar Peter di gedung BI Thamrin Jakarta, Selasa (7/7).

‎Sementara itu, penyaluran KI pada Mei 2015 tercatat sebesar Rp932,0 triliun atau tumbuh 11,0 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan April 2015 (11,2 persen).

Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan KI terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan kontruksi. KI yang diberikan pada sektor Industri pengolahan tumbuh 15,1 persen (yoy), melambat dibanding April 2015 (17,5 persen).

Kredit kepada sektor konstruksi juga mengalami perlambatan dari 37,3% (yoy) menjadi 32,4% (yoy) pada Mei 2015.

Selain KI, perlambatan pertumbuhan kredit juga terjadi pada kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta kredit properti. Kredit yang disalurkan kepada UMKM pada Mei 2015 tercatat sebesar Rp694,7 triliun, tumbuh 9,3 persen (yoy), melambat dibanding pertumbuhan April 2015 (9,7 persen).

Peter mengatakan, perlambatan terutama terjadi pada kredit skala usaha mikro dan kecil yang masing–masing tumbuh 17,9 persen (yoy) dan 4,7 persen (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan April 2015 (19,2 persen) dan 5,3 persen (yoy).

Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor properti tercatat sebesar Rp573,4 triliun, atau tumbuh 14,6 persen (yoy), lebih rendah dibanding 16,9 persen (yoy) pada April 2015.

“Perlambatan tersebut bersumber pada KPR dan KPA yang tumbuh 7,7 persen (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan April 2015 (12,9 persen),” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka