Jakarta, Aktual.co — Bank Indonesia (BI) menyatakan defisit neraca transaksi berjalan pada 2013 tercatat sebesar 29,1 miliar dolar AS atau 3,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada 2014, BI masih memproyeksikan defisit transaksi berjalan di kisaran 3 persen atau sekitar 26 miliar dolar AS.

Adapun pada 2015, BI memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan tetap di atas 3 persen terhadap PDB, karena gencarnya pembangunan infrastruktur akan menaikkan impor barang modal.

“Dengan begitu, kondisi transaksi berjalan kita yang bagaimana masih defisit selama 3 tahun perlu dipertimbangkan,” ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (28/1).

Bank Indonesia, kata Agus, akan selalu memperhatikan kondisi pasar keuangan, dan tetap fokus untuk menyesuaikan laju pertumbuhan dengan stabilitas perekonomian.

“Tetapi kita tidak ada menargetkan nilai tukar tertentu. Itu hanya asumsi untuk menyimpan postur anggaran,” ujar Agus.

Sebelumnya, pemerintah bersama Komisi XI DPR RI sepakat untuk menurunkan asumsi makro dalam rancangan RAPBN-Perubahan 2015. Sejumlah asumsi makro yang berubah selain kurs rupiah terhadap dolar AS adalah pertumbuhan ekonomi dari usulan sebelumnya sebesar 5,8 persen menjadi 5,7 persen, tingkat inflasi 5,0 persen dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,2 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka