Jakarta, aktual.com – Bank Indonesia menyebutkan nilai tukar rupiah yang melemah ke kisaran Rp14.126 per dolar AS pada Jumat siang (15/2), lebih karena koreksi teknikal di pasar keuangan, bukan semata-mata karena pengumuman defisit neraca perdagangan Januari 2019.
“Pelemahan rupiah lebih disebabkan ‘short covering’ perbankan di tengah melemahnya seluruh mata uang regional hari ini,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah ketika dihubungi di Jakarta, Jumat.
“Short Covering” merupakan aktivitas pelaku pasar dengan membeli kembali aset di pasar dengan tujuan untuk melindungi atau meminimalkan potensi kerugian atas penjualan yang dilakukan sebelumnya karena pergerakkan harga.
Hingga Jumat siang pukul 14.00 WIB, rupiah diperdagangkan di Rp14.126 per dolar AS di pasar spot, atau melemah 30 poin dari pembukaan di Rp14.096 per dolar AS.
Nanang menyebutkan tren depresiasi tidak hanya melanda rupiah, namun juga negara-negara lain di kawasan.
Sementara, terkait sentimen domestik akibat defisit neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2018 yang menembus 1,16 miliar dolar AS, Nanang menganggap hal tersebut bukan menjadi sentimen yang memperlemah rupiah.
Pasalnya, defisit neraca perdagangan yang mencerminkan masih lesunya eskpor itu sudah diperkirakan pelaku pasar, meskipun besaran defist yang timbul lebih besar daripada ekspetasi pasar.
“Bukan disebabkan defisit perdagangan 1,16 miliar dolar AS, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang 917 juta dolar AS,” ujar Nanang.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat, mengumumkan kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2019 sebesar 13,87 miliar dolar AS atau turun 4,7 persen secara tahunan. Sementara impor sebesar 15,03 miliar dolar AS atau turun 1,83 persen secara tahunan. Maka itu neraca perdagangan defisit 1,16 miliar dolar AS.
Pasar saham juga merespon negatif pengumuman defisit neraca perdagangan itu. IHSG yang pada pagi dibuka menguat 5,8 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.425,81, langsung melemah 29,82 poin (0,46 persen) ke posisi 6.390,2, beberapa saat setelah pengumuman defisit neraca perdagangan.
“Defisit neraca perdagangan lebih tinggi dari konsensus analis,” kata analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin