Jakarta, Aktual.com —  Bank Indonesia (BI) mengklaim kombinasi faktor eksternal dan internal yakni penundaan rencana kenaikan tingkat suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR) dan optimisme pasar terhadap ekonomi domestik, menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dua pekan terakhir.

“Hal ini (penguatan rupiah) didukung oleh sentimen positif terkait kemungkinan penundaan kenaikan Fed Fund Rate dan membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia sejalan dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Kamis (15/10).

Nilai tukar rupiah menguat setelah mengalami tekanan depresiasi di September 2015. Penguatan terhadap nilai tukar rupiah terjadi di awal Oktober 2015.

Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah pada Kamis mencapai level Rp13.288 per dolar AS, menguat signifikan dibandingkan pada awal Oktober 2015 yang mencapai Rp14.654 per dolar AS.

“Kedua faktor tersebut mendorong masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia, yang selanjutnya berdampak pada penguatan Rupiah sebesar 9,3 persen (point to point, 13 Oktober terhadap akhir September),” ujar Tirta.

Sepanjang September 2015 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak pernah berada di bawah level Rp14.000 per dolar AS. Pada awal September, rupiah berada di level Rp14.081 per dolar AS dan terus bergerak naik hingga sempat menyentuh level Rp14.728 per dolar AS pada akhir September.

Tirta menuturkan, Bank Indonesia akan terus memperkuat upaya stabilisasi nilai tukar rupiah agar sesuai dengan nilai fundamentalnya. Rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya atau undervalued.

“Dengan upaya-upaya stabilisasi yang dilakukan Bank Indonesia diharapkan dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Tirta.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka