Jakarta, aktual.com – Bank Indonesia menyebutkan, stabilitas sistem keuangan masih terjaga baik meskipun terjadi gejolak likuiditas di negara-negara ekonomi sepadan (peers) seperti Turki dan Argentina dalam sepekan terakhir.

Pergerakkan nilai tukar rupiah selama sepekan terakhir tercatat mengalami depresiasi sebesar 0,5 persen namun secara tahun berjalan sejak awal tahun masih menunjukkan penguatan 0,9 persen (year to date/ytd).

“Bisa kami sampaikan sentimen investor ke Indonesia masih cukup positif sangat baik. Artinya kalau kita liat aliran modal masuk di instrumen domestik, baik di Surat Berharga Negara, Sertifikat Bank Indonesia dan saham,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Jumat (29/3).

Perekonomian global dalam sepekan terakhir diwarnai dengan tekanan likuiditas Lira, Turki, menyusul intervensi besar-besaran Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di pasar uang negara setempat. Gejolak ekonomi di Argentina juga masih terasa dengan merosotnya nilai Peso.

Dody memandang meskipun sepekan terakhir kondisi eksternal penuh dinamika, ketahanan stabilitas sistem keuangan domestik masih terjaga baik berdasarkan pergerakan nilai tukar, pergerakan pasar saham dan juga parameter di industri jasa keuangan.

Ke depan, ujar Dody, otoritas moneter akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya. Saat ini, rupiah berada di Rp14.223 per dolar AS di pasar spot. Dody menyebut level tersebut masih di bawah nilai fundamentalnya. “Harusnya bisa lebih menguat,” ujarnya.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan yang dikutip Antara, modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia dari 1 Januari hingga 22 Maret 2019 mencapai Rp74,7 triliun.

Rinciannya, jumlah modal asing yang diinvestasikan pemodal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah mencapai Rp63,5 triliun, dan ke instrumen saham sebesar Rp 11,2 triliun.

Bank Indonesia menyatakan masih mempertahankan arah kebijakan moneternya, termasuk suku bunga acuan, untuk menjaga stabilitas perekonomian dari tekanan eksternal. Arah kebijakan yang diterjemahkan untuk menjaga daya tarik aset berdenominasi rupiah agar investasi asing semakin deras masuk, dan mampu membiayai defisit transaksi berjalan.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin