Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) menyebut sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia justru malah menjadi pasar ekonomi syariah global.
Apalagi saat ini, kebutuhan produk-produk halal juga makin tinggi. Seperti makanan halal, fashion halal, kosmetik halal, rekreasi halal, tourisme, hotel, restoran produk obatan dan segala macam yang berbentuk halal.
“Saya sedih sebagai mayoritas muslim Indonesia, tapi kita jadi objek pasar dari ekonomi negara lain. Apa kita sebagai muslim bisa terima itu. Padahal ini sangat urgen di saat pendapatan kelas menengah atas makin besar dan mereka butuh produk-produk halal,” ujar Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, ditulis Sabtu (4/11).
Dia menambahkan, produk-produk halal yang dibutuhkan oleh seorang muslimah itu banyak. Bahkan lebih banyak dari seorang muslim. Cuma masalahnya ekonomi syariah Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain.
“Karena sejauh ini untuk kembangkan ekonomi syariah itu penting. Bahkan negara maju juga sudah kembangkan ekonomi syariah. Negara non muslim saja banyak yang kembangkan ekonomi syariah,” kata dia.
Seperti Thailand itu ada halal kitcen of the world dari beras, bumbu bisa sertifikasi halal. China juga begitu.
“Lantas, apakah kita mau terima bumbu bumbuan import dari Thailand atau China yang menyuplai fashion halal terbesar. Kenapa Indonesia tidak bisa suplay gitu? Austraila juga suply halal beef ke Timur Tengah dan Korsel juga tourism halal ya,” kata dia
Masalah ketertinggalan dari ekonomi syariah Indonesia ada empat hal. Pertama, political will yang kuat. Kedua, perlunya lembaga forum atau badan untuk koordinasikan program itu. Ketiga, fokus ke daya saing apa yang harus dikembangkan menjadi pusat ekonomi dan keuangan syatiah.
“Seperti halal food atau halal fashion, atau tourism dan halal kosmetik. Kita harus kembangkan itu. Ditambah yang keempat, harua ada kampanye masal yang mau dikembangkan gaya hidup halal,” kata dia.
(Reporter: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka