Jakarta, Aktual.com — Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menegaskan bahwa pihaknya akan hadir di pasar valas dalam rangka mengantisipasi volatilitas nilai tukar menjelang keputusan bank sentral AS (The Fed) pekan ini terkait suku bunga.
Menurut Agus, menurunkan volatilitas nilai tukar terbilang penting demi menciptakan kepastian bagi dunia usaha.
Rupiah secara year to date (YTD) terdepresiasi 12,8% ke level Rp 14.076 per dolar AS dari Rp 12.476 per dolar AS per 2 Januari lalu. Sementara di pasar valas terjadi ekses permintaan rata-rata hingga US$ 44 juta per hari, disebabkan besarnya penggunaan valas untuk transaksi usaha di dalam negeri.
Sekitar 70% transaksi valas interresiden digunakan untuk transaksi barang, 13% transaksi jasa, 8% untuk unrequited transfer, 4% untuk pinjaman.
“Kami terus mengikuti perkembangan FOMC yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar, juga terkait utang luar negeri yang akan jatuh tempo utamanya utang swasta,” kata Agus di kantornya, Jakarta, Senin (14/12).
Agus menambahkan, pada kuartal-III, utang luar negeri pemerintah mencapai angka US$ 134 miliar setara 34,92% PDB dan DSR 57,47%, sementara utang luar negeri swasta mencapai US$ 168,2 miliar.
“BI akan selalu ada di pasar,” ucap dia.
Dirinya juga berharap neraca perdagangan November yang akan dirilis BPS besok bisa melanjutkan tren surplus. Tercatat, hingga 8 Desember lalu, aliran modal portofolio asing mencapai Rp 51,39 triliun, lebih sedikit dari sepanjang tahun lalu Rp 181,5 triliun.
Pada periode yang sama juga terjadi ekses permintaan devisa hingga 12,04%, sementara devisa hasil ekspor (DHE) sebesar US$ 10 miliar lebih yang dikonversi ke Rupiah hanya 11%.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka