Jakarta, Aktual.com – Proses pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang berlangsung hari ini kemungkinan dimenangkan oleh calon dari Partai Republik, Donald Trump. Padahal sosok Trump relatif kurang disukai pasar dibanding calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Namun bagi Bank Indonesia (BI), regulator moneter ini mengaku siap dengan segala risiko adanya sentimen pasca Pilpres AS itu.
“BI kan kan sudah mempunyai suatu protokol yang memang sudah kuat. Bahwa dari sisi kebijakan kita, seperti suku bunga kurs memang diarahkan untuk stabilkan kurs sesuai fundamentalnya,” cetus Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Rabu (9/11).
Ada beberapa hal yang membuat BI tetap percaya diri. Pertama, kebijakan first line atau penjagaan terhadap krediblitas dan konsitensi rupiah terus dilakukan.
Kedua, BI juga selalu ada di pasar dan tidak segan-segan intervensi pasar jika ada instabilitas perkembangan yang memuat rupiah terlalu jauh dari fundamental.
Dan selanjutnya, kata dia, soal cadangan devisa itu kan sekarang cukup besar. Karena tidsk hanya cukup untuk stabilikan kurs, tapi juga antisipasi risiko-risiko pembalikan modal asing.
“Jadi, cadev Oktober itu mencapai USD115 miliar atau setara 8,5 bulan impor. Itu jauh dari cukup. Makanya saya yakin risikonya kecil, karena confident terhadap domestik cukup kuat,” tandas Perry.
Menurutnya, kendati BI mengklaim sudah siap dengan risiko pilpres AS itu, namun pihaknya tetap memantau pilpres tersebut. Karena kata dia, secara keseluruhan berdampak kepada kondisi pasar keuangan global. Meski begitu, dianmasih yakin dampak terhadap perekonomian nasional relatif terjaga.
“Saat ini, pasar keuangan kita khususnya pasar valas (valuta asing) relatif stabil. Dan itu tentu saja berkat confident internasional, khususnya investor internasional terhadap kondisi ekonomi kita cukup kuat,” tegas dia lagi.
Laju nilai tukar, kata dia, dalam jangka pendek memang selalu merespon pada perkembangan berita. Jadi bisa naik atau turun. Akan tetapi secara keseluruhan kurs akan bergerak sesuai dengan fundamentalnya.
“Jadi, fundamental kita kan membaik. inflasi membaik, CAD (current account defisit) lebih baik. Sehingga posisi rupiah tetap berada di jalur fundamentalnya,” pungkas dia.
Namun demikian, kendati BI begitu yakin dengan perkembangan nilai tukar, tapi faktanya menyambut Pilpres AS justru laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berada di zona merah.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka