An employee of a money changer counts U.S. dollar notes for a customer, as Indonesian rupiah is seen in the background, in Makassar January 31, 2013. REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, Aktual.com — Setelah terdepresiasi pada penutupan perdagangan Senin (6/7) kemarin, laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini bergerak di zona hijau. Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, Selasa (7/7), mata uang Garuda dibuka terapresiasi di level Rp13.304 per dolar AS, atau menguat 43 poin dari level sebelumnya di Rp13.347 per dolar AS.

Pada perdagangan pagi ini, rupiah terpantau menguat diantara mata uang lainnya di Asia Tenggara. Diketahui, ringgit Malaysia melemah 0,09%, baht Thailand (-0,04%), peso Filipina (-0,03%), dan dolar Singapura (-0,27%).

Penguatan rupiah pada perdagangan pagi ini seiring dengan meredanya efek dari krisis utang Yunani. Samuel Sekuritas Indonesia dalam risetnya mengemukakan, tekanan kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini akan berkurang. Kendati demikian, penguatan rupiah diproyeksikan masih akan terbatas.

“Tekanan berpeluang mereda hari ini, walaupun penguatan rupiah diperkirakan masih akan terbatas,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta, Selasa (7/7).

Lebih lanjut dikatakan dia, tekanan tersebut berkurang sejalan dengan pernyataan Bank Indonesia yang mengatakan siap melakukan intervensi jika ada pelemahan berlebih pada rupiah.

Seperti diketahui, mata uang Garuda tertekan hingga kemarin sore bersama mata uang lain di Asia, yang juga dibareng oleh aksi jual di pasar saham. Akan tetapi tekanan jual dinilai secara relatif tidak terlalu buruk, sehingga sesuai dengan dugaan bahwa krisis Yunani hanya berdampak temporer terhadap Indonesia.

Seiring dengan masih tingginya harapan Yunani yang tidak akan menyepakati proposal apapun dari pemberi kredit, ujar Rangga, yield obligasi Yunani 10 tahun masih terus naik hingga 18,2% dari yang sebelumnya hanya 14%.

Di sisi lain, lanjut dia, aset safe haven masih terus diburu. Terlihat dari penguatan tajam indeks dolar serta US Treasury. Data sektor jasa AS yang baik, juga mendukung penguatan dolar.

Sementara itu Yunani dan pemberi kredit masih bertukar komentar tanpa memulai negosiasi, sehingga meningkatkan ketidakpastian di pasar global. “Neraca perdagangan AS ditunggu malam nanti,” kata Rangga.

Artikel ini ditulis oleh: