Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo (ketiga kiri) memberikan buku Perjuangan Mendirikan Bank Sentral Republik Indonesia secara simbolis kepada Kepala LPS Halim Alamsjah (kedua kanan) pada acara pembukaan "10th International Conference Bulletin of Monetary Economic and Banking" di Gedung BI, Jakarta, Senin (8/8). Dalam acara tersebut, BI meluncurkan dua buah buku yang berjudul Perjuangan Mendirikan Bank Sentral Republik Indonesia dan Mengupas Kebijakan Makroprudensial. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menegaskan ruang pelonggaran kebijakan moneter terbuka lebar di empat bulan terakhir pada 2016, mempertimbangkan perbaikan kondisi ekonomi domestik dan dinamika ekonomi global.

Menurut Agus di Jakarta, Jumat (9/9), jika dinamika ekonomi global seperti rencana penyesuaian suku bunga The Fed, dan kondisi domestik mendukung, pelonggaran kebijakan moneter dimungkinkan dapat dilakukan pada September 2016 ini.

“Seandainya data mendukung, di September, Oktober dan November 2016, itu kita bisa lakukan pelonggaran,” ucap Agus.

Agus belum merinci, jenis instrumen yang akan menjadi medium transmisi pelonggaran moneter bank sentral.

Menurutnya, peluang merelaksasi kebijakan moneter dari setiap instrumen seperti suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo”, Giro Wajib Minimum, ataupun makroprudensial cukup terbuka.

“Jadi yang BI bisa lakukan tentu melakukan penyesuaian ‘7-Day Reverse Repo’, Giro Wajib Minimum, ataupun makroprudensial,” ujarnya.

“Tapi tetap kami perlu memperhatikan data-data terakhir,” tambahnya.

Sejak pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga acuan untuk keempat kalinya, BI menegaskan ruang pelonggaran moneter akan dimanfaatkan secepatnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI memproyeksi ekonomi domestik akan tumbuh di 4,9-5,3 persen (year on year/yoy) di tahun ini.

Saat masih menggunakan bunga acuan “Bank Indonesia Rate/BI Rate”, BI sudah menurunkan suku bunga acuan dengan akumulasi 100 basis poin. Untuk instrumen Giro Wajib Minimum-Primer (GWM-P), BI sudah menurunkan 150 basis poin sejak Desember 2015.

Begitu juga dengan instrumen makroprudensial, terakhir BI merelaksasi ketentuan rasio nilai pinjaman dari aset (Loan To Value/LTV) kredit perumahan yang membuat besaran uang muka turun menjadi 15 persen dari 20 persen untuk rumah pertama.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan