Jakarta, Aktual.co — Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral Indonesia dan mengatur kebijakan moneter memiliki satu tujuan, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Nilai Rupiah tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa dan kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut, BI memiliki mekanisme transmisi kebijakan yang melibatkan berbagai variabel ekonomi. Mekanisme transmisi kebijakan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek.

“Transmisi kebijakan moneter itu sama seperti kalau kita melakukan refleksi, ada mekanisme dalam tubuh yang distimulus. Badan sehat ekonomi sehat, hasilnya output tinggi, inflasi rendah,” ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M Juhro di Bandung, Sabtu (28/2).

Lebih lanjut dikatakan dia, terdapat jalur-jalur transmisi untuk menghasilkan output yang baik, dalam hal ini inflasi. Jalur-jalur transmisi tersebut meliputi uang beredar, suku bunga pasar, kredit bank, harga aset, ekspektasi, dan nilai tukar.

“Kalau semua jalur ini dapat dilalui dengan baik, itu mendorong PDB (Produk Domestik Bruto), tapi dalam praktiknya tidak semulus itu. Kita lihat kapasitasnya, jangan sampai permintaan lebih tinggi dari kapasitas, ada tekanan kesenjangan output (output gap) nanti,” pungkasnya.

Untuk diketahui, transmisi kebijakan moneter adalah proses bagaimana tindakan kebijakan bank sentral melalui instrumen moneter dan sasaran operasional. Hal tersebut selanjutnya ditransmisikan ke berbagai variabel ekonomi dan keuangan, sebelum pada akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir yaitu inflasi dan pertumbuhan output.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka