Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Bengkulu menjelaskan usaha waralaba bisa diibaratkan bagai pisau bermata dua terhadap perekonomian daerah. Oleh sebab itu, Pemerintah daerah harus berhati-hati dalam memberikan izin bagi waralaba.
“Bukan melarang, bahkan jika dikelola dengan baik, waralaba yang berinvestasi di Bengkulu malah memberikan dorongan positif terhadap perekonomian,” ujar Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, Bambang Himawan, di Bengkulu Selasa (29/12).
Usaha waralaba dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Bengkulu, karena sektor itu mendorong fondasi perekonomian daerah lebih baik.
Tentu dengan adanya waralaba seperti usaha ritel atau kuliner, fondasi perekonomian di sektor pariwisata menjadi terbantu, karena, wisatawan akan menjadikan Bengkulu menjadi destinasi favorit jika mendapatkan pelayanan dan kenyamanan yang bagus.
Salah satu sisinya yakni kenyamanan dalam berbelanja kebutuhan atau kuliner.
Namun, tidak bisa dipungkiri, waralaba juga menjadi salah satu momok bagi perekonomian provinsi itu, karena sampai saat ini data BI Bengkulu memperlihatkan perekonomian daerah menjadi tertekan oleh bisnis serupa.
“Sampai 2015, ‘money outflow’ Provinsi Bengkulu mencapai 80 persen, sementara yang masuk tidak lebih dari 20 persen, apalagi jika waralaba bertambah,” kata dia.
Pemerintah daerah harus berhati-hati terhadap data yang menunjukkan uang keluar dari Bengkulu sangat besar. Salah satunya dengan menerapkan beberapa kebijakan terhadap investasi waralaba.
“Pemerintah tidak perlu mencegah waralaba masuk Bengkulu, tetap bagaimana mengelola, yakni menekan uang yang keluar dengan cepat dari Bengkulu,” ujarnya.
Salah satunya dengan menerapkan kebijakan, bahwa setiap waralaba harus memiliki rekening tabungan di bank yang ada di daerah sehingga uang tidak langsung mengalir deras keluar Bengkulu.
“Selain itu pemerintah juga harus menekankan soal legalitas waralaba,” kata Bambang.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka