Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo melakukan tinjauan dan sosialisasi uang rupiah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun emisi 2016 di pusat perbelanjaan Blok M Square di Jakarta Selatan, Senin (19/12/2016). Di pusat perbelanjaan tersebut, Agus juga menyaksikan layanan penukaran uang NKRI desain baru tersebut. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) mewaspadai perkembangan geopolitik terkini sebagai salah satu faktor risiko global yang perlu dikelola dengan baik agar tidak memengaruhi prospek perekonomian Indonesia.

“Kita perlu mewaspadai terkait kondisi di Korea Utara yang mulai membuat Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang cukup tegang, dan bagaimana China merespons,” ujar  Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Kamis (27/4).

Agus menyebutkan tantangan bagi prospek perekonomian Indonesia dari sisi global yang perlu pula diwaspadai adalah pertumbuhan ekonomi global yang berisiko lebih rendah apabila konsolidasi ekonomi negara besar tidak seperti yang diharapkan.

“Karena kebijakan perdagangan internasional negara maju yang cenderung protektif,” ucap dia.

Selain itu, dalam jangka pendek, rencana normalisasi atau penurunan besaran neraca Bank Sentral AS dengan melepas pemilikan surat berharga perlu mendapat perhatian karena dapat mengusik penguatan nilai tukar rupiah.

“Terakhir, neraca Bank Sentral AS 800 miliar dolar AS telah meningkat menjadi lebih dari 4,5 triliun dolar AS,” kata Agus.

Penurunan besaran neraca Bank Sentral AS memungkinkan pemilikan daripada surat berharga yang selama ini dihimpun The Fed akan dilepas sehingga likuiditas akan diserap kembali kepada bank sentral.

Sementara itu, Agus juga menyebutkan tantangan dari sisi domestik yaitu bagaimana meningkatkan penerimaan pajak untuk memperluas ruang stimulus fiskal.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka