Petugas menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI 46, Jakarta Selatan. Nilai tukar rupiah melemah 22 poin atau 0,16% ke Rp13.390 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (4/7/2017). Nilai tukar rupiah melemah 22 poin atau 0,16% ke Rp13.390 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini. AKTUAL/Munzir

Jakarta, aktual.com – Bank Indonesia (BI) optimistis nilai tukar rupiah akan tetap stabil ke depan. Keyakinan ini ditopang oleh komitmen kuat bank sentral dalam menjaga stabilitas pasar keuangan di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, stabilitas rupiah tidak hanya didukung oleh langkah intervensi yang konsisten, tetapi juga oleh fundamental ekonomi Indonesia yang tetap solid — mulai dari inflasi yang terkendali, prospek pertumbuhan yang positif, hingga imbal hasil aset domestik yang menarik bagi investor.

“Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi di tengah tingginya ketidakpastian global, termasuk melalui intervensi terukur di pasar spot, off-shore NDF, dan Domestic NDF (Non-Deliverable Forward), serta pembelian SBN di pasar sekunder,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025, Rabu (22/10).

BI mencatat, hingga 21 Oktober 2025, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp16.585 per dolar AS, atau menguat 0,45 persen secara point-to-point (ptp) dibandingkan dengan posisi akhir September.

Sebelumnya, pada September 2025, rupiah sempat melemah sebesar 1,05 persen (ptp) dibandingkan Agustus akibat ketidakpastian pasar global dan tekanan dari pergerakan dolar AS. Namun, Perry menegaskan, kebijakan stabilisasi yang dilakukan BI berhasil menahan pelemahan dan mendorong penguatan kembali di bulan berikutnya.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI melakukan serangkaian intervensi strategis, antara laiin seperti Transaksi di pasar spot, Intervensi di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) baik off-shore maupun domestic (DNDF) dan Serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Kebijakan tersebut, kata Perry, menunjukkan hasil yang positif. Selain menstabilkan rupiah, langkah-langkah BI juga menjaga likuiditas di pasar keuangan tetap memadai dan mendukung kepercayaan pelaku pasar terhadap perekonomian nasional.

BI juga mencatat bahwa peningkatan konversi valuta asing (valas) ke rupiah oleh eksportir turut memperkuat stabilitas nilai tukar. Kondisi ini terjadi berkat penerapan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) yang diperkuat oleh pemerintah.

“Kebijakan DHE SDA ini membantu menjaga suplai valas di dalam negeri dan mendukung stabilitas rupiah,” jelas Perry.

Dengan kombinasi kebijakan moneter yang adaptif, koordinasi erat dengan pemerintah, serta fundamental ekonomi yang kuat, BI meyakini rupiah akan tetap stabil di sisa tahun 2025, meski risiko global masih tinggi.