Jakarta, Aktual.com – Dalam rangka memutakhirkan data penjualan ritel lebih akurat, Bank Indonesia (BI) akan menggandeng sejumlah perusahaan belanja daring (e-commerce) kelas kakap. Data transaksi belanja online akan dirangkum melalui layanan teknologi yang sedang dikembangkan Bank Sentral yakni “Big Data”.
“Kami dalam proses kerja sama dengan perusahaan belanja daring. Portal ‘online’ seperti untuk penawaran rumah kami (properti) juga akan mintakan harian. Ini semua kami gunakan utk perbaikan kualitas data dan informasi untuk mengambil keputusan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Yati Kurniati di Jakarta, Senin (7/8).
Lebih lanjut dikatakan bahwa BI saat ini sudah meneken kesepahaman dengan delapan perusahaan “e-commerce” dan juga portal informasi daring untuk penghimpunan data. Targetnya dalam beberapa waktu ke depan, sinergi penghimpunan data dapat dilakukan dengan semua perusahaan “e-commerce”.
“BI menargetkan memperoleh minimal 60 persen dari keseluruhan transaksi “e-commerce” di Indonesia. Seperti Tokopedia, Bukalapak, kaya tokoh utama seperti itu, tapi kami masih dalam proses pengumpulan data. Masih butuh upaya ekstra dan itu butuh kemampuan kami untuk peroleh akses data,” ujar dia.
Yati menjelaskan Bank Sentral membutuhkan data dari perusahaan belanja daring untuk melengkapi informasi transaksi pembayaran yang selama ini telah dihimpun dari survei dan laporan pelaku kegiatan ekonomi. Kebutuhan ini juga tidak terlepas dari pesatnya kegiatan transaksi ekonomi digital saat ini.
“Sebelumnya aliran lewat bank sudah terekam, tapi kami butuh informasi lain. Untuk mengkonfirmasi aliran dana atau transaksi di perbankan dengan transaksi yang di sektor-sektor. Jadi supaya saling mengkonfirmasi data,” ujar dia.
“Big Data” merupakan sistem penghimpunan dan inventarisasi data yang beragam dan kompleks. Analisa dari informasi yang terekam di “Big Data” BI menjadi salah satu rujukan pengambilan keputusan BI.
Yati mengatakan BI akan mengembangkan “Big Data” tersebut menjadi sumber informasi yang lebih lengkap. “Big Data” BI juga akan mengeluarkan perkiraan tren indikator ekonomi seperti tingkat ketenagakerjaan dan juga properti.
Ke depannya, secara lengkap “Big Data” BI akan memuat data mengenai Indikator Ketenagakerjaan, Indikator Pasar Properti, Prioritasi Risiko Sistemik, aliran dana asing di pasar SBN, Identifikasi Pelaku Sistem Pembayaran, Indikator Pasokan dan Permintaan Pembiayaan.
“Big Data” BI juga akan menjadi alat untuk mengukur efektivitas komunikasi kebijakan dan pemanfaatan data Fintech serta E-Comerce”.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka