Realisasi ekspor kakao di era 1990 s/d 2000-an rata-rata menghasilkan devisa sebesar 300 juta dolar AS.

Harga kakao di pasaran lokal sempat naik mencapai Rp35.000/kg pada saat terjadi krisis moneter tahun 1998-1999.

Saat harga kakao di pasaran melonjak tajam, banyak petani di Sulteng yang tiba-tiba menjadi kaya mendadak.

Selain bisa membeli kendaraan mobil, banyak diantaranya yang memanfaatkan uang mereka dari hasil penjualan biji kakao untuk menunaikan ibadah haji.

Ekspor biji kakao petani Sulteng dilakukan langsung dari Pelabuhan Pantoloan Palu menuju berbagai negara di Asia dan Eropa serta Amerika.

Achrul yang juga adalah Sekretaris DPD Apindo Provinsi Sulteng itu mengatakan kakao tetap menjadi komoditas primadona petani.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid