Namun sayang, kata dia, sejak beberapa tahun terakhir ini, para eksportir di daerah ini tidak lagi mengekspor biji kakao langsung dari pelabuhan Pantoloan Palu.

Biji kakao produksi petani Sulteng kini banyak dijual keluar daerah seperti Makassar dan Surabaya.

Sebagian lagi, biji kakao fermentasi dengan kualitas terbaik untuk bahan baku industri cokelat di Kota Palu.

Di Palu saat ini sudah ada rumah cokelat yang dikelolah oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulteng.

Kehadiran rumah cokelat cukup membantu petani bisa menjual langsung biji kakao yang telah melalui sistem fermensai yang benar dan harganya jauh lebih tinggi dibandingkan biji kakao lainnya.

Harga biji kakao berkualitas dibeli rumah cokelat berkisar Rp35.000/kg.

Data Dinas Perkebunan Provinsi Sulteng menyebutkan produksi kakao petani Sulteng sebelumnya sempat berada pada posisi 250.000 ton/tahun.

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, produksi kakao sempat menurun cukup drastis. Pada 2016 produksi kakao Sulteng sekitar 160.000 ton dengan luas areal lahan kakao sekitar 200.000an hektare.

Hamparan tanaman kakao di Sulteng tersebar di 13 kabupaten dan kota.

Namun daerah tertinggi produksi kakao yakni di Kabupaten Parigi Moutong mencapai 69 ribu ton, menyusul Kabupaten Donggala sekitar 22 ribu ton dan Kabupaten Sigi 19 ribu ton.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid